PEMBAGIAN HEWAN (KITAB SHAWA'IQ AL-MUHRIQOH)

KAJIAN KITAB : SHAWA'IQ AL-MUHRIQOH (BELUT)

PEMBAGIAN HEWAN 
▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔
(Muqaddimah) tentang persoalan yang menjadi kata kunci dalam mencapai maksudku (membahas persoalan belut dengan hujjah).

★▷ Pertama, tentang pembagian hayawan, hewan terbagi menjadi lima:

◆▷ 1. Hewan darat yang tidak bersinggungan dengan air (tidak masuk ke dalam air) sama sekali, berdasarkan ikhtiyarnya, seperti ayam dan kucing

◆▷ 2. Hewan darat yang masuk ke dalam air berdasarkan ikhtiyarnya, seperti bebek dan sebagian burung yang mencari makan di air.
﹏ Hewan dalam kategori ini tergolong dalam golongan yang pertama yakni hewan yang hidup dan kediamannya di darat, sedangkan bila bersinggungan dengan air hanya karena ada maksud (seperti mencari makan). Hewan jenis ini tidak akan mampu bertahan lama berada di air.

◆▷ 3. Hewan perairan yang tidak akan keluar ke darat dengan kehendaknya sendiri seperti kebanyakan ikan dan hewan yang yang hidup di air.

◆▷ 4. Hewan perairan yang keluar ke darat berdasarkan kehendaknya sendiri dalam waktu sebentar karena adanya maksud dan tujuan, seperti ikan yang melompat jauh kemudian masuk lagi ke dalam air (seperti lumba-lumba misalnya), atau seperti ikan yang muncul ditepi sungai untuk mencari makan. Hewan jenis ini kehidupan serta kediamannya di dalam air, tidak akan mampu bertahan lama di darat, jadi tergolong dalam hewan jenis yang hidup di air, dalilnya adalah musyahadah (pembuktian).

▷▷ Jenis hewan ke-satu dan ke-dua hukumnya berbeda-beda; sebagian halal dan sebagian lainnya haram, sedangkan hewan ke-tiga dan ke-empat halal, karena ini yang dimaksud dengan hewan yang hidup di air.

▦▷ Ibn Hajar dalam Tuhfatul Muhtaj, dan Imam Ramli dalam Nihayatul Muhtaj berkata:

“hewan yang hidup di perairan keluar ke darat mampu hidup dalam jangka waktu seperti hewan yang telah disembelih (hayat al-madzbuh)atau kehidupan yang tetap (hayat al-mustaqirrah) tetapi tidak bisa seterusnya. (1)

▤▷ Syeh Muhammad Sulaiman al-Kurdi berkata setelah menuturkan teks kitab Tuhfatul Muhtaj:

yang jelas menurut ku, maksudnya adalah hewan yang tidak bisa selamanya hidup (di darat), sekiranya masa waktu ia hidup di daratan tidak sama dengan waktu hidup di air. Ketika masa hidupnya di daratan kurang dari masa hidupnya di air maka dapat dapat dikategorikan hewan yang tidak bisa terus-menerus hidup di darat. Dan tergolong dalam kategori ke empat secara pasti.

◆▷ 5. Hewan yang mampu hidup terus-menerus di daratan juga perairan (hidup dua alam) seperti katak, kepiting, ular. Hewan yang masuk dalam ketegori ini haram menurut imam Ramil dan imam Al-Nawawi dalam kitab Al-Rawdah,

●▷ tetapi kemudian imam Nawawi memberi penjelasan lebih dalam kitab Al-Majmu’ dan berkata:

“menurut pendapat yang sahih, dan mu’tamad, segala hewan yang ada di air halal seluruh bangkainya kecuali katak dan yang tergolong dalam jenisnya [Ibn Qasim Al-‘Ubady] dan juga pendapat ashab yang menyatakan haramnya penyu, ular, dan sejenis kera, sebab dimasukkan dalam kategori hewan selain perairan.
__________________________________________

(1) ‘Hayat mustaqirrah’ dalam literatur fikih biasa disebutkan bahwa hewan setelah disembelih yang ruhnya masih ada di dalam, ditandai dengan bisa melihat, bersuara, dan bergerak berdasarkan kehendaknya sendiri. hewan dalam keadaan hayat mustaqirrah ini boleh jadi hidup satu sampai dua hari. Sedangkan ‘hayat madzbuh’ adalah hewan yang telah disembelih, tanda-tandanya ia tidak bisa melihat, bersuara, dan bergerak berdasarkan kehendaknya sendiri. Bila dibiarkan akan meninggal seketika. Lihat (I’anah Al-Thalibin 2/343, Al-Fiqh Al-Islamy 4/317-318)

SEMOGA BERMANFAAT

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

☆▷▷ Kalau Belum Jelas, Ada Yang Ditanyakan Atau Koreksi Kesalahan Langsung Menuju Tempat Ngopi & Cakruan Kami, Cukup Klik Disini ◁◁☆

Tweet