292. SJOLAT ORANG PIKUN, SEKARAT, SAKIT PARAH, & QODLO' SHOLAT


PERTANYAAN : 


╰•⇨ Garwone Mbak Nia > ‎CAFFEBY KISWAH

Assalamu Alaikum Wr Wb..
Ada ibu-ibu tua setrok berpesan kepada anak-anaknya, nduk tolong sholate ibu sing 2 tahun pas waktu keritis tolong di kodloi, ibu tersebut masih hidup juga masih menjalankan sholat semampunya dengan duduk.
Kodlo' sholat yang dilakukan si anak apakah mampu menggugurkan ?
Apakah nunggu matinya si ibu baru bisa di qodloi?

JAWAB : 

╰•⇨ Insun Karo Riko

Nak aku...

Pembahasane...

1.satus orang yg spt itu masih kwajiban sholat ndak....?

2. Kalao ndak wajib.. apakah boleh sholat yg di tinggal muhtadlor tadi di qodok i sholat.. ?


SHALATNYA ORANG PIKUN
Kondisi orang pikun sangat memprihatinkan. Aktivitas yang baru dilakukan saja, semisal shalat, sering kali lupa, sehingga selalu mengulanginya. Begitu juga sebaliknya, dia sering tidak shalat karena merasa sudah melakukannya. Bagaimana tinjauan fiqh terhadap kewajiban dan status shalatnya?
Jawab: Dalam keadan pikun orang tersebut tidak berkewajiban menjalankan sholat, karena sudah tidak mukallaf(tamyiz). Dan ia tidak wajib untuk meng-qadla’-i shalatnya selama pikunnya menghabiskan waktu dan timbulnya di awal waktu yang tidak muat untuk di gunakan sholat. Atau saat sadar normal kembali dia tidak menemukan waktu yang muat untuk takbiratul al-ihram.
Referensi:

المصباح المنير صحـ : 168 المكتبة العلمية
وَخَرِفَ الرَّجُلُ خَرَفًا مِنْ بَابِ تَعِبَ فَسَدَ عَقْلُهُ لِكِبَرِهِ فَهُوَ خَرِفٌ اهـ

اشباه والنظائر صحـ : 213 مكتبة دار الكتب العلمبة

قَالَ الشَّيْخُ أَبُو إسْحَاقَ الْعَقْلُ صِفَةٌ يُمَيَّزُ بِهَا الْحَسَنُ وَالْقَبِيحُ قَالَ بَعْضُهُمْ وَيُزِيلُهُ الْجُنُونُ وَالإِغْمَاءُ وَالنَّوْمُ وَقَالَ الْغَزَالِيُّ الْجُنُونُ يُزِيلُهُ وَالإِغْمَاءُ يَغْمُرُهُ وَالنَّوْمُ يَسْتُرُهُ قَالَ السُّبْكِيُّ وَإِنَّمَا لَمْ يَذْكُرْ الْمُغْمَى عَلَيْهِ فِي الْحَدِيثِ لأَنَّهُ فِي مَعْنَى النَّائِمِ وَذَكَرَ الْخَرِفَ فِي بَعْضِ الرِّوَايَاتِ وَإِنْ كَانَ فِي مَعْنَى الْمَجْنُونِ لأَنَّهُ عِبَارَةٌ عَنْ اخْتِلَاطِ الْعَقْلِ بِالْكِبَرِ وَلا يُسَمَّى جُنُونًا لأَنَّ الْجُنُونَ يَعْرِضُ مِنْ أَمْرَاضٍ سَوْدَاوِيَّةِ وَيَقْبَلُ الْعِلاجَ وَالْخَرَفُ خِلافُ ذَلِكَ وَلِهَذَا لَمْ يَقُلْ فِي الْحَدِيثِ حَتَّى يَعْقِلَ لأَنَّ الْغَالِبَ أَنَّهُ لا يَبْرَأُ مِنْهُ إلَى الْمَوْتِ قَالَ وَيَظْهَرُ أَنَّ الْخَرَفَ رُتْبَةٌ بَيْنَ الإِغْمَاءِ وَالْجُنُونِ وَهِيَ إلَى الإِغْمَاءِ أَقْرَبُ انْتَهَى وَاعْلَمْ أَنَّ الثَّلاثَةَ قَدْ يَشْتَرِكُونَ فِي أَحْكَامٍ وَقَدْ يَنْفَرِدُ النَّائِمُ عَنْ الْمَجْنُونِ وَالْمُغْمَى عَلَيْهِ تَارَةً يَلْحَقُ بِالنَّائِمِ وَتَارَةً يَلْحَقُ بِالْمَجْنُونِ وَبَيَانُ ذَلِكَ بِفُرُوعٍ الأَوَّلُ الْحَدَثُ يَشْتَرِكُ فِيهِ الثَّلاثَةُ الثَّانِي اسْتِحْبَابُ الْغُسْلِ عِنْدَ الإِفَاقَةِ لِلْمَجْنُونِ وَمِثْلُهُ الْمُغْمَى عَلَيْهِ الثَّالِثُ قَضَاءُ الصَّلاةِ إذَا اسْتَغْرَقَ ذَلِكَ الْوَقْتَ يَجِبُ عَلَى النَّائِمِ دُونَ الْمَجْنُونِ وَالْمُغْمَى عَلَيْهِ كَالْمَجْنُونِ اهـ

إسعاد الرفيق الجزء 1 صحـ : 72
فَإِنْ طَرَأَ مَانِعٌ مِنْ مَوَانِعِهَا كَحَيْضٍ أَوْجُنُوْنٍ أَوْإِغْمَاءٍ وَكَانَ طُرُوُّهُ بَعْدَ مَا مَضَى مِنْ أَوَّلِ وَقْتِهَا مَا أَيْ زَمَنٌ يَسَعُهَا أَيْ يَسَعُ أَرْكَانَهَا فَقَطْ بِالنِّسْبَةِ لِمَنْ يُمْكِنُهُ تَقْدِيْمُ الطُّهْرِ عَلَى الْوَقْتِ كَسَلِمٍ غَيْرَ مُتَيَمِّمٍ وَبَعْدَ أَنْ يَمْضِيَ مِنْهُ مَا يَسَعُهَا وَطُهْرَهَا بِالنِّسْبَةِ لِمَنْ لاَيُمْكِنُهُ تَقْدِيْمُهُ لِنَحْوِ سَلِسٍ بِكَسْرِ اللَّامِ وَفَتْحِهَا كَمُتَيَمِّمٍ لَزِمَهُ بَعْدَ زَوَالِ الْمَانِعِ قَضَاؤُهَا أَيْ قَضَاءُ صَلاَةِ ذَلِكَ الْوَقْتِ ِلإِدْرَاكِهِ مِنْ وَقْتِهَا مَا يُمْكِنُهُ فِعْلُهَا فِيْهِ فَلاَ يَسْقُطُ بِمَا طَرَأَ أَوْ زَوَالُ الْمَانِعِ كَأَنْ بَلَغَ أَوْ أَفَاقَ أَوْطَهُرَتْ أَوْأَسْلَمَ وَالْحَالُ أَنَّهُ قَدْ بَقِيَ جُزْءٌ مِنَ الْوَقْتِ وَلَوْكَانَ قَدْرُ ذَلِكَ الْجُزْءِ قَدْرَ زَمَنِ تَكْبِيْرَةٍ لِلتَّحَرُّمِ لَزِمَتْهُ صَلاَةُ ذَلِكَ الْوَقْتِ فَيَجِبُ عَلَيْهِ قَضَاؤُهَا إِنْ لَمْ يُمْكِنْهُ أَدَاؤُهَا فِي الْوَقْتِ بِشَرْطِ بَقَاءِ السَّلاَمَةِ مِنَ الْمَوَانِعِ قَدْرَ الصَّلاَةِ بِأَخَفِّ مُمْكِنٍ كَرَكْعَتَيْنِ لِمُسَافِرٍ وَإِنْ أَرَادَ اْلإِتْمَامَ تَغْلِيْبًا لِْلإِيْجَابِ كَاقتِدَاءِ قَاصِرٍ بِمُتِمٍّ وَقَدْرَ الطَّهَارَةِ وَكَذَا بَاقِي الشُّرُوْطِ فِيْ غَيْرِ الصَّبِيّْ وَالْكَافِرِ ِلإِمْكَانِهِمَا تَقْدِيْمُهَا عَلَى زَوَالِ مَانِعِهِمَا عِنْدَ حج وَكَذَا يَلْزَمُهُ مَا أَيِ الصَّلاَةُ الَّتِيْ قَبْلَهَا وَفِيْ نُسْخَةٍ بِخَطِّ الْمُصَنِّفِ وَمَا قَبْلَهَا وَفِيْ أُخْرَى بِخَطِّهِ أَيْضًا أَوْ مَعَ مَا قَبْلَهَا لَكِنْ لاَمُطْلَقًا بَلْ إِنْ جُمِعَتْ مَعَهَا كَالظُّهْرِ مَعَ الْعَصْرِ ِلاتِّحَادِ وَقْتِهَا فِي الْعُذْرِ فَفِي الضَّرُوْرَةِ أَوْلَى فَيَجِبُ عَلَيْهِ قَضَاؤُهَا بِشَرْطِ بَقَاءِ السَّلاَمَةِ بَعْدَ زَوَالِ الْمَانِعِ قَدْرَهَا كَذَلِكَ وَقَدْرَ مُؤَدَّاةٍ وَجَبَتْ اه


Albujairomi ala al-khotib juz 2 hal 13
وَلَا تَسْقُطُ عَنْهُ الصَّلَاةُ وَعَقْلُهُ ثَابِتٌ لِوُجُودِ مَنَاطِ التَّكْلِيفِ قَوْلُهُ: (وَلَا تَسْقُطُ عَنْهُ الصَّلَاةُ) قَالَ الْأَئِمَّةُ الثَّلَاثَةُ: إنَّ فَرْضَ الصَّلَاةِ لَا يَسْقُطُ عَنْ الْمُكَلَّفِ مَا دَامَ عَقْلُهُ ثَابِتًا وَلَوْ بِإِجْرَاءِ الصَّلَاةِ عَلَى قَلْبِهِ. وَقَالَ الْإِمَامُ أَبُو حَنِيفَةَ: إنَّ مَنْ عَايَنَ الْمَوْتَ وَعَجَزَ عَنْ الْإِيمَاءِ بِرَأْسِهِ سَقَطَ عَنْهُ الْفَرْضُ، وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ سَلَفًا وَخَلَفًا، فَلَمْ يَبْلُغْنَا أَنَّ أَحَدًا مِنْهُمْ أَمَرَ الْمُحْتَضَرَ بِالصَّلَاةِ، وَوَجْهُ قَوْلِ الْإِمَامِ أَبِي حَنِيفَةَ الْمُتَقَدِّمِ أَنَّ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْتُ صَارَ قَلْبُهُ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى أَعْظَمَ مِنْ اشْتِغَالِهِ بِمُرَاعَاةِ الْأَفْعَالِ لِأَنَّ الْأَفْعَالَ وَالْأَقْوَالَ الَّتِي أَمَرَنَا الشَّارِعُ بِهَا فِي الصَّلَاةِ إنَّمَا أَمَرَنَا بِهَا وَسِيلَةً إلَى الْحُضُورِ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى فِيهَا، وَالْمُحْتَضَرُ انْتَهَى سَيْرُهُ إلَى الْحَضْرَةِ وَتَمَكَّنَ فِيهَا فَصَارَ حُكْمُهُ حُكْمَ الْوَلِيِّ الْمَجْذُوبِ

bagi orang yang sakit termasuk sekarat, selama akalnya tetap/tidak hilang, maka masih terkena taklif. demikian menurut 3 imam madzhab.
terkecuali menurut Imam Hanafi, orang yang sedang dalam sekarat dan tidak bisa menggerakan kepalanya (sebagai gerakan solat), maka gugurlah kewajiban kepadanya.

Almajmu juz 3 hal 6
(وأما مَنْ زَالَ عَقْلُهُ بِجُنُونٍ أَوْ إغْمَاءٍ أَوْ مرض فلا يجب عليه لقوله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثلاثة " فنص على المجنون وقسنا عليه كل من زال عقله بسبب مباح وان زال عقله بمحرم كمن شرب المسكر أو تناول دواء من غير حاجة فزال عقله وجب عليه القضاء إذا أفاق لانه زال عقله بمحرم فلم يسقط عنه الغرض

orang yang hilang akal karena gila atau sekalor (epilepsi) atau sakit maka tidak ada kewajiban ibadah dan tidak ada kewajiban mengqodlo.itu dikarenakan hal-hal di atas termasuk sebab-sebab mubah dalam hal menghilangkan akal.berbeda dengan sebab-sebab haram, mabuk misalnya, maka kewajiban tidak hilang kepadanya begitupun kewajiban mengqodlo

إنَّ فَرْضَ الصَّلَاةِ لَا يَسْقُطُ عَنْ الْمُكَلَّفِ مَا دَامَ عَقْلُهُ ثَابِتًا

kalau semisalnya akalnya masih tetap maka kewajiban shalat itu tidak huhur tapi kalau semisalnya akalnya sudah gak tetap maka kewajiban shalat bisa gugur,,jadi tinggal dilihat saja apakah orang yg pikun itu akalnya masih tetap atau sudah gak normal


Bagaimana hukumnya mengqodlo’
sholatnya orang yang sudah meningal
karena semasa hidupnya pernah melewatkan sholat entah karena
sakit parah atau yg lain,…???

———————————–
Sebenarnya ada 2 pendapat dlm
mslh ini, yg pertama ada yg
mengatakan keluarga si mayit
harus mengqodo shalat yg
ditinggalkan si mayit.

Dan yg kedua keluarga si mayit cukup
dgn membayar fidyah saja dgn 1x
sholat=1 mud/6 ons beras (sekitar setengah kg).
Dan ini adlh pndapat yg dipilih olh
kebanyakan ashab Syafi’i.

. ﻭﻧﻘﻞ ﺍﺑﻦ ﺑﺮﻫﺎﻥ ﻋﻦ ﺍﻟﻘﺪﻳﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﻠﺰﻡ
ﺍﻟﻮﻟﻲ ﺇﻥ ﺧﻠﻒ ﺗﺮﻛﺔ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻰ
ﻋﻨﻪ،ﻛﺎﻟﺼﻮﻡ.ﻭﻓﻲ ﻭﺟﻪـ ﻋﻠﻴﻪ ﻛﺜﻴﺮﻭﻥ
ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺑﻨﺎـﺃﻧﻪ ﻳﻄﻌﻢ ﻋﻦ ﻛﻞ ﺻﻼﺓ ﻣﺪﺍ
ً
“telah dinukil dari Ibnu Burhan
dari Qoul Qadim (Madzhab Asy-
Syafi’i) bahwa wajib bagi wali
menshalatkan (mengqadha’ shalat)
yang ditinggalkan mayyit, seperti
hal nya puasa. Menurut sebagian
besar Ashab kami (ulama-ulama
Syafi’iiyah) bahwa sesungguhnya
(mengganti dengan) memberi
makan, untuks setiap shalat
dibayarkan satu mud
i’anatuthalibin.

ADA PERBEDAAN PENDAPAT
MENGENAI MENGQADHA SHALAT
ORANG YANG TEKAH MENINGGAL :
~ Sebagian Ulama menyatakan
tidak wajib diqadha
~ Sebagian memilih di qadha
~ Sebagian memilih diganti setiap
satu shalat dengan satu MUD

Menurut segolongan para mujtahid
sesungguhnya shalatnya juga
diqadhai berdasarkan hadits
riwayat Bukhari dan lainnya
karenanya segolongan imam
cenderung memilih pendapat ini
dan Imam Subky juga
mengerjakannya untuk sebagian
kerabat-kerabat beliau.
Ibn Burhan menuqil dari qaul
qadim wajib bagi wali bila mayit
meninggalkan warisan untuk
menshalati atas namanya seperti
halnya puasa, sebagian ulama
pengikut syafi’i memilih dengan
mengganti setiap satu shalat satu
mud.
Syekh Muhib at-Thabary berkata
“Akan sampai pada mayat setiap
ibadah yang dikerjakan baik
berupa ibadah wajib ataupun
sunah”
I’aanah at-Thoolibiin I/24

Dari penjelasan diatas dapat
kita disimpulkan bahwa sholat
yang ditinggalkan mayyit
dapat di bayar dengan
beberapa cara , pertama ;
Menggantinya dengan shalat
(mengqadha ‘ shalatnya ) oleh
keluarga mayyit , Sedangkan
yang kedua ; dengan
membayar fidyah (memberi
makan) kepada faqir miskin ,
untuk setiap satu shalat maka
dendanya satu Mud ( 6 Ons
beras).
Didalam kitab Syarahnya juga
dikatakan bahwa Al-Imam Ath –
Thobari mengatakan .

ﻳﺼﻞ ﻟﻠﻤﻴﺖ ﻛﻞ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺗﻔﻌﻞ، ﻭﺍﺟﺒﺔ
ﺃﻭ ﻣﻨﺪﻭﺑﺔ

Setiap ibadah – ibadah yang
dikerjakan akan sampai
kepada mayyit baik ibadah
wajib maupun ibadah sunnah
Dalam Madzhab Ahlus sunnah
wal jamaah, (qoul ) pendapat
yang telah dipilih ( Mukhtar) ,
bahwa pahala dari amal,
shalat dan yang lainnya yang
diberikan akan sampai kepada
mayyit.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

☆▷▷ Kalau Belum Jelas, Ada Yang Ditanyakan Atau Koreksi Kesalahan Langsung Menuju Tempat Ngopi & Cakruan Kami, Cukup Klik Disini ◁◁☆



0 Response to "292. SJOLAT ORANG PIKUN, SEKARAT, SAKIT PARAH, & QODLO' SHOLAT"

Post a Comment

Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang

⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧

⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩

IKUTI FANS PAGE PGP