NASIONALISME MBAH LIEM ( KH. MUSLIM RIFA'I IMAMPURO )



NASIONALISME MBAH LIEM ( KH. MUSLIM RIFA'I IMAMPURO )

Assalamu'alaikum mas jhooon... jum'at yg indah penuh berkah ini semoga kita tak lupa ngopi... untuk semangat yg lebih hepy..

ada pepatah mengatakan tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak meteng. bagaimana kita akan mencintai ulama' sedang kita tak mengenalnya, bagaimana kita akan mencintai utusaanNYA sedang kita tak pernah sekalipun mengetahui tarikh agungnya, bagaimana kita akan mencintai istri tetangga...  hop..hop..hop.. ko endi endi mengko... langsung mawon nggih...

Mbah Liem dikenal sebagai kiyai nasionalis sekaligus nyentrik. Nama Pesanteran Al Muttaqien Pancasila Sakti dan Kampus Kader Bangsa (KKB) yang didirikannya adalah bentuk kecintaannya kepada Ibu Pertiwi.

Kepada para santrinya, Mbah Liem selalu mewajibkan menyanyikan Indonesia Raya sebagai lagu pembuka setiap kegiatan. Dia juga peduli terhadap kerukunan antarumat beragama. Dia merintis Joglo Perdamaian Umat Manusia Sedunia di kompleks pesantren.

Mbah Liem kalau berpidato selalu judul utamanya adalah tentang kebangsaan dan kenegaraan. Kurang lebih kalimatnya “mugo-mugo NKRI Pancasila Aman Makmur Damai Harga Mati” (Semoga NKRI Pancasila Aman Makmur Damai Harga Mati).

Di masjid Pondoknya Mbah Liem setiap setelah iqamah sebelum shalat berjama’ah selalu diwajibkan membaca do’a untuk umat Islam, bangsa dan negara Indonesia, berikut doanya:

Subhanaka Allahumma wa bihamdika tabaroka ismuka wa ta’ala jadduka laa ilaha Ghoiruka.

“Duh Gusti Alloh Pangeran kulo, kulo sedoyo mbenjang akhir dewoso dadosno lare ingkang sholeh, maslahah, manfaat dunyo akherat bekti wong tuo, agomo, bongso maedahe tonggo biso nggowo becik ing deso, soho NEGORO KESATUAN REPUBLIK INDONESIA PANCASILA KAPARINGAN AMAN, MAKMUR, DAMAI. Poro pengacau agomo lan poro koruptor kaparingono sadar-sadar, Sumberejo wangi berkah ma’muman Mekah.”

Dalam cerita para santri baik dari santri 5 atau yang disebut Mbah Lim sebagai Pendowo Limo maupun dari cerita santri senior yang lain seperti KH Muhaimin Yogyakarta. Mbah Liem memang tidak pernah membacakan sebuah Kitab kepada para santrinya melainkan beliau langsung mengajarkan dengan ilmu hal atau memberi contoh langsung.

Ajaran-ajaran Mbah Liem tersebut yaitu:

1. “Nguwongke Uwong, Gawe Legane Uwong.”

Mbah Liem selalu menghargai dan menerima setiap orang dengan segala potensi dan niat baiknya. Kalau pun kita tidak membutuhkan, mungkin manfa’atnya bisa dirasakan keluarga, tetangga atau masyarakat kita. Contohnya setiap kali ada tamu, baik pejabat maupun tokoh yang lain, Mbah Liem selalu menyambut dengan hangat siapapun orangnya dan Mbah Lim tidak lupa memberikan ruang interaksi untuk mendekatkan pejabat/tokoh dengan masyarakat.

2. “3 T“: Titi – Tatak – Tutuk. 

Mbah Liem mengajarkan jika melaksanakan setiap tugas dalam hidup, haruslah Titi (cermat, teliti dan selektif), Tatak (legowo, sabar), sehingga Tutuk (sampai, selesai dengan hasil yang memuaskan).

3. “3 K “: Kuli – Kiai – Komando. 

Setiap santri haruslah mampu memerankan diri sebagai Kuli (siap bekerja keras), Kiai (siap mengamalkan ilmu dan berdo’a), Komando (siap menjadi pemimpin yang piawai mengambil keputusan, bijak serta berwibawa)

4. “Kita harus Tegak, Tegas dan Tegar selama benar “. 

Setiap melaksanakan kebenaran kita harus Tegak ( penuh keyakinan, tidak goyah oleh pengaruh apapun), Tegar ( tak kenal kompromi terhadap pelanggaran aturan ), Tegar ( Ikhlas, Sabar ).

5. “3 R “: Rampung bangunane – Rame jama’ahe – Rukun masyarakate “. 

Dalam mendirikan sarana apapun ada 3 hal yang harus diupayakan yakni “ Rampung bangunane “ (bisa terwujud ), Rame jama’ahe ( berfungsi dan dibutuhkan para pemangku kepentingan ), Rukun masyarakate ( menjadi sumber kedamaian dan perekat persatuan ).

6. “Aja Mung Benteng Ulama, ning Nahnu Anshorullah, Masyriq-Maghrib “ 

di samping perannya sebagai Benteng Ulama, Banser seharusnya mampu menjalankan peran yang lebih luas di seluruh permukaan bumi, dalam bingkai “ Nahnu Anshorulloh”.

7. “ 3 S “: Sholat – Sinau – Sungkem.

 Maksudnya “ Sholat “ Seorang santri harus tekun beribadah, prihatin dan berdoa. “ Sinau “ santri harus belajar terus menerus. “ Sungkem “santri harus mempunyai akhlak yang mulia, tau sopan santun, tawadhu’ pada Kyai/Guru.

8. “ 2 B “ Berhasil – Berkah . 

dalam mencapai cita – cita/usaha harus mempunyai komitmen yang kuat agar tercapai yang di inginkan,” Berkah “setiap cita – cita/ usaha harus di mulai dengan niat ibadah (niat baik) agar mendapat keberkahan dari Allah SWT.

9. “ Dadi uwong ki ojo gur mangan terus tapi yo Ngising barang” (Jadi orang itu jangan hanya makan aja tapi ya buang air besar juga). 

Kita tidak boleh hanya melulu mencari harta terus tapi kita juga harus rajin bersedekah. (sumber dari Umi Hasanah dari Hj Siti Choiriyah putri pertama Mbah Liem.

Mbah Liem pun memiliki kebiasaan kebiasaan yang kita bisa contoh

1. Setiap bertemu dengan orang lain, di manapun selalu mendo’akan dengan uluk salam “Assalamu’alaikum!“

2. Dalam perjalanan setiap kali bertemu dengan Makam dan Sungai, beliau selalu membaca Fatehah kepada Ahli kubur dan Fatehah kepada Nabiyullah Khidzir AS.

3. Jika berpapasan dengan Pelajar/Mahasiswa, beliau selalu mendo’akan “Sholeh, Sholehah Penerus”.

SELAIN itu tak bisa kita pungkiri lagi beliau sosok yg sangat humoris contoh saja dalam kisah ini :

●▷ “Gus Mus tidak akan mau karena tidak diijinkan oleh ibunya!”

Demikian pernyataan Gus Dur jauh hari sebelum Muktamar. Toh masih banyak juga yang menguber-uber Gus Mus agar bersedia dicalonkan dalam pemilihan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU menggantikan Gus Dur.

Saking sebalnya, hampir sepanjang pelaksanaan Muktamar ke-30 di Lirboyo, Kediri, itu Gus Mus menyembunyikan diri di kamar penginapannya.

Adalah Mbah Lim (Kiyai Muslim Rifa’i Imampuro) yang pantang menyerah. Ia menerobos ke kamar Gus Mus siang-siang, dengan sebuah stopmap di tangannya. Ia beber isi stopmap itu didepan Gus Mus: selembar kertas bermeterai dengan tulisan tangan dan tanda tangan Mbah Lim sendiri.

■▷ “Baca! Baca! Baca!”

Gus Mus menurut:

◆▷ “Bismillahirrohmaanirrohiim. Asyhadu allaailaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rosuulullaah. Mendukung 100% pencalonan Gus Mustofa Bisri untuk Ketua Umum PBNU periode 1999 – 2004. Muslim Rifa’i Imampuro (tanda tangan diatas meterai)”.

Gus Mus tertawa lebar dengan berucap

◆▷ “Al… ham… dulillaaah!”

Mbah Lim pun girang sekali,

■▷ “Bagus! Bagus! Bagus!” kata mbah liem

◆▷ “Lho! Memangnya njenengan sudah tahu kenapa saya alhamdulillah?” kata Gus Mus

■▷ “Mau to? Mau to?” jwb Mbah Lim

Gus Mus tak berhenti tertawa geli.

◆▷ “Saya bersyukur sekali njenengan mendukung saya”, ia menjelaskan,
“karena, barangsiapa yang njenengan dukung… pasti tidak jadi!”

Sontak Mbah Lim meraih piring kacang
didepannya dan melemparnya keluar kamar,

■▷ “Bodong! Bodong! Bodong!”

Lalu terkekeh-kekeh tak henti-hentinya.

khuson mbah LIEM alfatihah...

SEKIAN

saya tutup dengan kata°° bijak dari tukang tambal ban ⇩⇩

jadi pemimpin itu berat.. pertanggungjwbanpun sampai ke akhirat, jangan sering berjanji... lidah itu lemas tak bertulang tapi dia tajam seperti pedang... tak ubahnya seperti tak bertulang lainnya .. kalau dia sudah kokoh maka kehamilan merajalela.

↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓↓

Pengemis Guun Pasir - PGP

0 Response to "NASIONALISME MBAH LIEM ( KH. MUSLIM RIFA'I IMAMPURO ) "

Post a Comment

Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang

⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧

⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩

IKUTI FANS PAGE PGP