NGAJI POSO : MENENTUKAN AWAL ROMADHON DAN SAWAL BAG 1



NGAJI POSO NGOLAH ROSO LAN JIWO
▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔▔
Kajian   :   7 ( Tujuh )
Kitab     :   Hujjah Ahlussunah Wal Jama'ah
Bab       :   Menentukan Awal Romadhon & Syawal ( bag 1 )

☆ SINAU BARENG PGP-CKW-DS ☆
=============================

Assalamu'alaikum mas jhoooon... semoga sehat dan berkah puasanya bagi yg tidak berkewajiban puasa selamat menempuhnya juga..aemoga sama sama menjadi berkah.
kita lamjutkan malih nggih sinau barengnya :

          Pada masa kini, kira-kira sejak setengah abad yang lalu di Indonesia misalnya, pernah terjadi perdebatan yang cukup seru di kalangan kaum muslimin seputar penetapan awal ramadhan untuk memulai berpuasa dan awal syawal untuk berhari raya idul fitri.

Kami berpesan kepada para ulama yang  berkompeten agar mengkaji masalah ini dengan semangat kembali kepada Al-Qur`an dan sunnah, serta berpegang teguh kepada tali agama Allah (hablullah)secara menyeluruh dan menghindari perpecahan. Karena penetapan awal puasa dan hari raya idul fitri merupakan sebagian dari syi’ar Allah dan simbol penyatuan kata melalui kalimat tauhid : La Ilaha Illalloh.

Dalam persoalan ini, para ulama` besar dunia melakukan kajian secara ilmiyyah syar’iyyah. Diantara kesimpulan yang perlu kita ketahui adalah :

1)   Imam madzhab empat sepakat, bahwa penetapan awal bulan ramadhan tiada lain adalah melalui salah satu dari dua cara, yaitu ru`yatul hilal, atau menyempurnakan bilangan tiga puluh hari bulan sya’ban, jika hilal tidak berhasil di-rukyat disebabkan terhalang oleh mendung, awan, debu dan sejenisnya.

2)   Mereka sepakat, bahwa masuknya awal bulan syawal juga ditetapkan  dengan cara seperti di atas, yakni  dengan rukyatul hilal. Jika hilal syawal tidak berhasil di-rukyat, maka wajib menyempurnakan bulan ramadhan tiga puluh hari.

3)   Seluruh kaum muslimin pada dasarnya telah melakukan “tradisi keagamaan” seperti itu, tanpa kecuali, karena kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat di kalangan ahli qiblat (orang Islam) di luar ahlissunnah waljama’ah, sebelum munculnya perselisihan pendapat akhir-akhir ini.

4)   Baik Ahlusunnah Waljama’ah  maupun golongan lainnya, kesemuanya menyepakati ketidakbolehan menggunakan hisab dalam menentukan awal ramadhan dan awal syawal, jika hal ini diberlakukan untuk kalangan umum. Namun, jika terbatas untuk kalangan ahli hisab sendiri beserta para muridnya, hanya imam Syafi’iy saja yang memperbolehkannya. Sedangkan para ulama’ lainnya, baik dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah maupun golongan lainnya tidak memperbolehkannya secara mutlak, baik untuk kalangan umum maupun kalangan terbatas.

5)   Yang dianggap sah dalam penetapan awal bulan ramadhan dan syawal adalah dengan cara melihat hilal, bukan dengan terwujudnya hilal­ yang terjadi dalam kenyataan (wujudul hilal bil fi’li fil waqi’) yang terkadang dapat diketahui melalui jalan hisab.

Kelima kesimpulan tersebut diketahui dari hasil kajian sebagai berikut :

▶ Didalam kitab Al-Madzahibul Arba’ah dijelaskan, bahwa awal bulan ramadhan ditetapkan berdasarkan salah satu dari dua cara :
- Pertama, dengan cara rukyatul hilal jika langit cerah dan terbebas dari sesuatu yang menghalangi keberhasilan rukyat seperti mendung, kabut, debu dan sejenisnya.
- Kedua, dengan menyempurnakan bilangan bulan sya’ban 30 hari, jika langit tidak cerah atau terhalang oleh sesuatu yang menyebabkan ketidakberhasilan rukyat, berdasarkan Hadis Nabi :

صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَ اَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ (رواه البخاري, عن أبي هريرة ).

Artinya : “Berpuasalah karena berhasil melihat hilal dan berbukalah (beridul fitri) karena berhasil melihat hilal. Jika terjadi mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan sya’ban berumur tigapuluh hari”. (HR al-Bukhari, dari Abi Hurairah ra).

▷ Mengenai sabda Rasulullah saw : “Fa in ghumma ‘alaikum” (jika terjadi mendung atas kalian), kami menemukan pendapat dari ulama hanabilah yang bersikap hati-hati, bahwa yang dimaksudkannya adalah jika hilal terhalang mendung ketika matahari tenggelam pada tanggal 29 Sya’ban, maka tidak perlu menyempurnakan bulan sya’ban 30 hari, namun wajib menginapkan niat puasa di malam harinya dan berpuasa pada hari berikutnya, baik hari itu menurut kenyataannya masih termasuk bulan sya’ban ataupun sudah masuk bulan ramadhan, kemudian berniat puasa ramadhan. Jika di tengah menjalankan puasanya itu ternyata terbukti bahwa hari itu termasuk bulan sya’ban, maka ia tidak perlu meneruskan puasanya.

▷ Pendapat hanabilah tersebut berkaitan dengan pelaksanaan awal bulan Ramadhan. Jika berkaitan dengan akhir bulan Ramadhan, mereka berpendapat sama seperti yang dikemukakan oleh ulamasyafi’iyah, hanafiyah dan malikiyah, yaitu wajib menyempurnakan bilangan 30 hari bulan ramadhan, jika terjadi mendung (sehingga hilal tidak berhasil di-rukyat). Kesemuanya itu sebagai bentuk kehati-hatian mereka dalam beribadah.

Itulah hasil kesepakatan para imam madzhab empat hanya tentang rukyat dan ikmal saja. Tidak ada cara lain menurut mereka, selain dengan jalan rukyat atau ikmal. Hal ini sebagai bentuk pengamalan mereka terhadap hadis yang dituturkan di muka.

Dengan begitu, pendapat ahli nujum  atau ahli hisabdipandang tidak sah, sehingga tidak wajib atas diri mereka sendiri untuk berpuasa berdasarkan hasil hisab-nya dan juga tidak wajib atas orang-orang yang percaya kepada ucapan ahli hisab tersebut.Hanya saja, imam Syafi’iy dan ulama syafi’iyah mengatakan, bahwa pendapat ahli nujum atau ahli hisab dianggap sah (boleh diikuti) terbatas untuk ahli hisab itu sendiri dan orang-orang yang membenarkannya. Sedangkan kaum muslimin pada umumnya tidak wajib berpuasa atas dasar pendapat ahli hisab tersebut, menurut pendapat yang rajih (unggul, terkuat).
_____________________________________________

ثبوت شهري رمضان و شوّال

ففي هذا الزمان, أي منذ نصف قرن تقريبا في إندونيسيا مثلا, يثور بين المسلمين جدل و مراء حول ثبوت الشهرين رمضان و شوّال, لتعيـين  اول رمضان لابتداء الصوم, و شوّال لعيد الفطر.
و نحن نـنصح  ذوى الشأن ان يفصّلوا فى المسألة بالرجوع إلى الكـتاب و السنة و الإعتصام بحبل الله جميعا و اجتناب التفرّق. فإن بدأ الصيام و يوم عيد الفطر من شعاعر الله تعالى و من معالم توحيد الكلمة على كلمة التوحيد.
و هنا تحقيقات علمية شرعية قام بها أئمـة اعلام, كان من نتائجها ان علمنا :

(1) أن أئمـة المذاهب الأربعة اجمعت على ان شهر رمضان لا يثبت الا بأحد امرين : رؤية هلاله أو إكمال شعبان ثلاثين يوما, اذا كان هناك ما يمنع الرؤية من غيم او دخان او غبار او نحوها.

(2) و انهم أجمعوا ايضا على أنّ دخول  شوال يـثبت كـذالك برؤية هلاله. فإن لم ير هلال شوال  وجب إكمال رمضانثلاثـين يوما.

(3) و ان سيرة المسلمين جميعا على ذلك بدون استثـناء, اذ لم نـقف على خلاف له من اهل  القبلة خارج اهل السنة و الجماعة قبل ظهور الخلاف فى الزمن الأخير.

(4) و ان اهل السنة و الجماعة و غيرهم اجمعوا كلهم على عدم جواز العمل بالحساب. هذا بالنسبة للعموم. و أما بالنسبة للحاسب نفسه و تلاميذه فقد جوّزه الإمام الشافعي  وحده. و اما غيره من الأئمة, سواء من اهل السنة و الجماعة و غيرهم فقالوا بالمنع مطلقا, اي للعموم و الخصوص.

(5) و ان العبرة في ثبوت شهري رمضان و شوال بـرؤية الهلال, لا بوجوده بالفعل فى الواقع الذي قد يعرف من طريق الحساب.

 هذه النـتائج الخمس معلومة من التحقيقات الآتـية :
و في مذاهب الأربعة يثـبت شهر رمضان بأحد امرين : الأول رؤية هلاله إذا كانت السماء خالية  مما يمنع الرؤية من غيم او دخان او غبار او نحوها. الثاني إكمال شعبان ثلاثين يوما اذا لم تكـن السماء خالية مما ذكـر, لقوله صلى الله عليه و سلم : صوموا لرؤيـته و أفطروا لرؤيته, فإن غمّ عليكم فأكملوا عدة شعبان ثلاثين (رواه البخاري, عن أبي هريرة ).
 و في قوله صلى الله عليه و سلم "فإن غمّ عليكم", وجدنا الحنابلة يحتاطون, فقالوا : اذا غم الهلال في غروب اليوم التاسع و العشرين من شعبان, فلا يجب إكمال شعبان ثلاثين يوما و وجب عليه تبـييت النـيّة و صوم  اليوم التالي لتلك الليلة, سواء كان فى الواقع من شعبان او من رمضان, و ينويه عن رمضان. فإن ظهرفي أثنائه انه من شعبان لم يجب اتمامه.

قولهم هذا بالنسبة لأول رمضان. و أما بالنسبة  لأخره, فإنهم كالشافعية و الحنفية و المالكية فى القول بوجوب إكمال رمضان ثلاثـين  يوما اذا غم عليهم .كل ذلك عملا بالإحتياط فى العبادة.

هكـذا اجمع أئمة المذاهب الأربعة على الرؤية  او الإكمال فقط. فليس عندهم طريق اخر غيرها. و ذلك عملا بالحديث المذكور. فلا عبرة  بقول المنجّمين أي اهل الحساب عندهم. فلا يجب عندهم على أهل الحساب أنفسهم الصوم, و على من وثق بهم, غير أنّ الإمام الشافعيّ و الشافعيّة قالوا : يعتـبر قول المنجّم في حقّ نفسه و حقّ من صدّقه, و لا يجب الصوم على عموم الناس بقوله على الراجح.
_____________________________________________

( Wallohua'lam )

SEMOGA BERMANFAAT

BERSAMBUNG

_________________________________________
_________L_I_K_E__&__S_H_A_R_E_________

#ayo_poso
#ayo_golek_roso_ojo_golek_rondo

___________

Nb. Kritik, saran, koreksi kesalahan lafadz dan makna sangat kami harapkan dan kami tunggu koreksinya.

0 Response to "NGAJI POSO : MENENTUKAN AWAL ROMADHON DAN SAWAL BAG 1"

Post a Comment

Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang

⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧

⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩

IKUTI FANS PAGE PGP