227. SUJUD SHOLAT



▷▷ Abdul Qohar >> DISKUSI SANTRI

A.   Arti sujud:

Secara bahasa: condong atau merendahkan diri.
Secara syara’: persentuhan kulit sebagian dahi orang sholat pada tempat sujud yang berupa bumi, perahu, kapuk, jerami, sajadah dll.

B.   Status sujud: rukun sholat.

C.   Sarat sujud sholat ada 7:

●▷ 1. Metetapkan (istiqror) 7 anggota badan  secara bersamaan :

1)      Dahi: wajib membuka dan meletakkan sebagian saja.
Panjang: antara dua kening/pilingan. Lebar: antara rambut kepala dan rambut dua alis.

Sujud dengan meletakkan kening (salah satu ujung dahi) saja itu tidak sah.
Mengangkat dahi dari tempat sujud:

a)     Sebab udzur semisal tempat sujud yang kasar yang menyakiti dahi:
          i.            Bila meletakkan dahi tanpa ada pengangkatan dahi maka sujud sah
          ii.            Bila meletakkan dahi kemudian mengangkatnya lalu meletakkannya kembali maka diperinci:
Bila tidak terjadi tuma’ninah ketika mengangkat dahi maka sujud sah.
Bila terjadi tuma’ninah maka sujud tidak sah karena terjadi penambahan sujud.

b)    Tanpa udzur: bila mengangkat dahi tanpa udzur kemudian mengembalikannya lagi maka sujud tidak sah secara mutlak.(Al-Bajuri juz 1 hal. 154)

2)      Bagian dalam dua tapak tangan:
Wajib meletakkan sebagian saja  walaupun satu jari dari masing-masing dua tangan dan sunah membukanya.
Bathinul kaffi adalah bagian dalam kedua tapak tangan yang membatalkan wudlu’ bila digunakan menyentuh farji baik bagian dalam jari-jari atau tapak tangan (As-Tsimarul Yani’ah hal.65).

3)      Dua tempurung lutut: wajib meletakkan sebagian saja dan makruh membukanya karena bisa mengakibatkan membuka aurot kecuali bagian yang wajib ditutupi bersama aurot.

4)      Bagian dalam jari-jari dua kaki: wajib meletakkan sebagian saja walaupun satu jari dari masing-masing dua kaki dan sunah membukanya.

●▷ 2. Membuka sebagian dahi.

1)    Bila dahi tertutup keseluruhan maka tidak sah sujudnya.
2)    Bila tertutup dengan sebagian rambut maka sujud sah bila ada kulit dahi yang menempel pada tempat sujud.

●▷ 3. Menekan (tahamul) kepala (dahi):

1)    Wajib menekan seukuran beban kepala menumpu tempat sujud dengan ukuran seandainya dibawah dahi terdapat kapuk, jerami atau lainnya:
a.     Bila kapuk yang tipis: maka menjadi cekung dan beban tekanan terasa pada tangan seandainya tangan ditaruh di bawah kapuk.
b.    Bila kapuk yang tebal: maka menjadi cekung bagian atas kapuk yang bersentuhan dengan dahi.
2)    Tidak wajib menekan pada anggota sujud selain dahi menurut pendapat mu’tamad namun sunah menekannya.
3)    Menyentuhkan dahi ke tempat sujud tanpa menekan tidak sah sujudnya.

●▷ 4. Tidak bertujuan selain sujud dengan sujud sebagaimana dalam ruku’.

1)    Sujud yang sah bila musholli turun ke sujud dengan tujuan sujud saja, bersamaan tujuan lain atau tidak bertujuan apapun.(Ianatut Tholibin juz 1 hal. 267)
2)    Jika terjatuh tersungkur pada wajah dari i’tidal maka wajib kembali ke i’tidal kemudian baru sujud.

●▷ 5. Dahi tidak bersujud pada benda yang gandeng (muttashil) dengan musolli  dan bisa bergerak sebab gerakannya ketika berdiri atau duduk.

1)    Bila dahi bersujud pada benda yang gandeng namun tidak bergerak sebab gerakan musolli semisal ujung serban yang sangat lebar maka sujud sah karena dihukumi munfashil (benda yang terpisah).(Al-Bajuri juz 1 hal. 153)
2)    Bila bersujud pada tempat sujud yang tidak dibawa oleh musholli (ghoiru mahmul) baik bisa bergerak sebab gerakan musholli semisal tempat tidur atau tidak bergerak maka sujud sah.(Ianatut Tholibin juz 1 hal. 277 DKI)
3)    Bila dahi bersujud pada benda yang dibawa musholli (mahmul) yang bisa bergerak sebab gerakan musholli seperti ujung serban yang pendek maka sujud tidak sah dan batal sholatnya bila sengaja dan telah mengerti keharamannya dan bila tidak demikian (tidak sengaja atau jahil ma’dzur) maka wajib mengulangi sujud saja. (Ianatut Tholobin juz 1 hal. 278)

●▷ 6. Menunduk/menjungkir (tankis): meninggikan badan bagian bawah (pantat dan sekitarnya) atas bagian badan yang atas (kepala, dua bahu/pundak  dan dua tangan/dua tapak tangan).

1)    Apabila solat di dalam perahu dan tidak memungkinkan melakukan sujud dengan meninggikan badan bagian atas  maka solat dengan sujud semampunya namun wajib mengulang solat (‘iadah) karena hal ini udzur yang langka.
2)    Apabila sakit yang tidak memungkinkan bersujud kecuali dengan menurut kemampuannya maka tidak wajib mengulang solat.
3)    Apabila orang sakit atau wanita hamil memungkinkan sujud dengan meletakkan dahi pada bantal atau lainnya serta mampu berposisi menundukkan kepala maka wajib memasang bantal. Bila tidak mampu menundukkan kepala maka tidak wajib memasang baltal di bawah dahi.(Al-Bajuri juz 1 hal.153)

●▷ 7. Tuma’ninah: ketenangan semua anggota sujud setelah bergerak, ketenangan di antara dua gerakan seukuran bangun dari sujud terpisah dari turun ke sujud atau ketenangan sebelum mengangkat kepala dari sujud untuk duduk.

D.   Kesempurnaan dan kesunahan dalam sujud:

Membaca takbir untuk turun ke sujud tanpa sunah mengangkat dua tangan.
Tartib dalam meletakkan anggota sujud: pertama-tama meletakkan dua tempurung lutut secara renggang seukuran sejengkal (sedang-sedang) bagi laki-laki yang tidak telanjang, kemudian meletakkan dua tapak tangan lurus dengan dua bahu seraya mengangkat dua hasta dari tempat solat serta membentangkan dan mengumpulkan semua jari-jari ke arah qiblah, merenggangkan dua siku-siku dari dua lambung dan mengangkat perut dari dua paha bagi laki-laki yang menemukan tutup aurot ketika sholat dan bila tidak ada tutup aurot maka mengumpulkan (mendempetkan semua anggota badan seperti wanita, kemudian meletakkan dahi dan hidung secara bersamaan, merenggangkan dua tapak kaki seukuran sejengkal, menegakkan dua tapak kaki, menghadapkan sisi luar dua tapak kaki ke qiblah, mengeluarkan dua tapak kaki dari ujung baju/sarung bagi laki-laki dan membuka dua mata ketika sujud bahkan sunah membuka mata selama solat.
Sunah meletakkan hidung bersama dahi.

Sunah membaca tasbih:                  سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

1)    Aslu sunah: membaca tasbih sekali.
2)    Kesempurnaan yang rendah: membaca tasbih tiga kali bagi imam, ma’mum dan munfarid.
3)    Paling sempurna bagi munfarid dan imam jama’ah mahshurin (anggota jama’ah mudah dihitung ) dengan sarat selain budak, wanita yang sudah menikah dan kaum buruh atas pekerjaan yang masih berlangsung, ridlo dengan pemanjangan secara pernyataan lisan atau diam, tidak ada anggota jama’ah baru yang datang walaupun sedikit dan masjid tempat jama’ah tidak dikunjungi orang (mathruq): sunah membaca tasbih di atas tiga kali sampai sebelas kali, menambah doa berikut ini dan doa yang lain.

أَللَّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ ، وَبِكَ آَمَنْتُ, وَلَكَ أَسْلَمْتُ ، سَجَدَ وَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ ، تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ. أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ,وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ ,وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ ,لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ,أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. أَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّهُ دِقَّهُ وَجُلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ. سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوْحِ.

E.   Macam-macam sujud:

1)   Sujud sholat: wajib karena tergolong rukun.
2)   Sujud sahwi: sunah apabila meninggalkan salah satu perintah sunah ab’adl atau mengerjakan larangan dalam solat dari golongan hal yang membatalkannya bila sengaja.
3)   Sujud tilawah: sunah ketika membaca ayat sajdah di dalam atau di luar solat.
4)   Sujud sukur: sunah ketika mendapatkan nikmat atau terhindar dari musibah. Lebih lanjut baca dokumen sujud sukur.
5)    Sujud tanpa sebab:  haram bersujud pada Alloh tanpa sebab walaupun setelah solat, sebagaimana keharaman ruku’ yang mandiri. Begitu pula sujud di hadapan para masyayikh (kyai) walaupun menhadap qiblah atau bertujuan sujud pada Alloh dan sebagian prektek sujud seperti ini bisa mengakibatkan kufur.

والله أعلم بالصواب

=======================================================

حاشية البجيرمي على الخطيب - (ج 4 / ص 260)
وَيَجِبُ وَضْعُ جُزْءٍ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَمِنْ بَاطِنِ كَفَّيْهِ وَمِنْ بَاطِنِ أَصَابِعِ قَدَمَيْهِ فِي السُّجُودِ لِخَبَرِ الشَّيْخَيْنِ : { أُمِرْت أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ : الْجَبْهَةِ ، وَالْيَدَيْنِ ، وَالرُّكْبَتَيْنِ ، وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ } .
متن سفينة النجا - (ج 1 / ص 5)
(فصل) شروط السجود سبعة : أن يسجد على سبعة أعضاء وأن تكون جبهته مكشوفة والتحامل برأسة وعدم الهوى لغيره وأن لايسجد على شيء يتحرك بحركته وارتفاع أسافله على أعاليه والطمأنينة فيه. (خاتمة) أعضاء السجود سبعة : الجبهة وبطون الكفين والركبتان وبطون الأصابع والرجلين.
إعانة الطالبين - (ج 1 / ص 162)
والسجود لغة التطامن والميل  وقيل الخضوع والتذلل  وشرعا مباشرة بعض جبهة المصلي ما يصلي عليه من أرض أو غيرها  ولا بد لصحته من شروط سبعة الطمأنينة وأن لا يقصد به غيره وأن تستقر الأعضاء كلها دفعة واحدة والتحامل على الجبهة والتنكيس وكشف الجبهة وأن لا يسجد على متصل يتحرك بحركته
فقه العبادات - شافعي - (ج 1 / ص 291)
 السابع - السجود مرتين : - تعريفه : السجود لغة : الخضوع والتذلل  وشرعا : مباشرة بعض جبهة المصلي لما يصلي عليه  دليل فرضيته : قوله تعالى : { يا أيها الذين آمنوا اركعوا واسجدوا } ( الحج 77 ) وحديث المسيء صلاته  أقله : مباشرة بعض جبهة المصلي موضع سجوده من الأرض . شروطه :
 - 1 - الطمأنينة فيه لقوله صلى الله عليه و سلم للمسيء صلاته : ( ثم اسجد حتى تطمئن ساجدا )
 - 2 - أن ينال موضع سجوده ثقل رأسه ولا يكفي في وضع الجبهة الإمساس بل ينبغي أن يتحامل على موضع سجوده بثقل رأسه وعنقه حتى تستقر جبهته وحتى لو كان تحتها قطن لانكبس بعضه في بعض لحديث أبي حميد الساعدي رضي الله عنه في صفة صلاة رسول الله صلى الله عليه و سلم " . . . ثم سجد فأمكن أنفه وجبهته . . . " ( أبو داود / كتاب الصلاة باب 117 / 734 )
 - 3 - ألا يقصد به غيره فلو سقط على وجهه من الاعتدال وجبت العودة إليه ثم السجود لانتفاء الهوي في السقوط بخلاف ما لو هوى للسجود وفي هويه له سقط على جنبه فعليه أن ينقلب إلى السجود بنيته وليس له في هذه الحال أن يعود إلى الاعتدال فإن فعل عامدا عالما بطلت صلاته لأنه زاد فعلا في الصلاة عمدا
 - 4 - أن يرفع أسافله على أعاليه فإن صلى في سفينة مثلا ولم يتمكن من ذلك لميلانها صلى حسب حاله ولزمته الإعادة لأنه عذر نادر بخلاف ما لو كانت به علة لا يمكن معها السجود على الصورة التي ذكرنا فلا يعيد
 - 5 - كشف الجبهة وعدم السجود على شيء يتحرك بحركته فلو سجد وعلى جبهته حائل يعمها لم يصح سجوده أما إن سجد على متصل به كذيل ثوبه وكمه وطرف عمامته فإن كان يتحرك بحركته في قيام أو قعود لم يصح وإن كان طويلا جدا بحيث لا يتحرك بحركته جاز وإن سجد على عصابة جرح أو نحوه وشقت عليه إزالتها ولم يكن تحتها نجاسة غير معفو عنها وكان متطهرا بالماء لم تلزمه الإعادة ولا يضر سجوده على شعر نبت على جبهته لأنه مثل بشرتها
 - 6 - وضع جزء من ركبتيه وباطن كفيه وباطن أصابع قدميه مع الجبهة على الأرض . ودليله ما رواه ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال النبي صلى الله عليه و سلم : ( أمرت أن أسجد على سبعة أعظم على الجبهة - وأشار بيده على أنفه - واليدين والركبتين وأطراف القدمين ولا نكفت ( لانكفت : لا نضم ولا نجمع والمعنى نهينا عن جمع الثوب باليدين عند الركوع والسجود وعن جمع الشعر منعا من الاسترسال وتفصيل ذلك في بحث مكروهات الصلاة ) الثياب والشعر ) ( البخاري ج 1 / كتاب صفة الصلاة باب 50 / 779 )
 - 7 - ألا يرفع رأسه بعد السجود فلو سجد على شيء خشن يؤذي جبهته فإن زحزحها من غير رفع لم يضر وكذا إن رفعها ثم أعادها دون اطمئنان فإن اطمأن ضر ذلك لزيادة سجود ولو رفع جبهته من غير عذر وأعاده

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

https://mobile.facebook.com/notes/diskusi-santri/06-sujud-sholat/511163298935139/?refid=18


0 Response to "227. SUJUD SHOLAT "

Post a Comment

Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang

⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧

⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩

IKUTI FANS PAGE PGP