KAAAKEKANE

KAAAAAKE'ANEE..!!!!
____________________

Assalamu'alaikum jhooon.. di hari jum'at mubarok... semoga tambah keapikkane sedoyo... niki ada sedikit kisah monggo diwaos.Namanya Muhammad Abdul Hamid. Seorang sayyid, cucu Kanjeng Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam. Tapi saya tak punya informasi tentang marganya. Kemungkinan As Saqqaaf. Beliau hidup sezaman dan bertetangga dengan Kyai Kholil Harun di kampung Kasingan, Rembang.
 Tak banyak yang mengetahui nama aslinya itu, karena orang-orang lebih mengenalnya sebagai “Mat Amit”. Bahkan mereka terbiasa menyebut atau memanggilnya dengan sebutan itu secara “njangkar” tanpa embel-embel “Mbah” –walaupun terhitung sepuh, “Pak”, apalagi “Yik”.Mat Amit dikenal berangasan. Setiap bertemu orang, selalu yang ia lontarkan adalah:

●▷ “Kaaake’aneee…!!!”

Itu adalah kata yang lazim digunakan sebagai makian di Rembang hingga kini. Dari kata “kakek”, makna harfiahnya adalah “kakeknya” atau “sang kakek”. Kata makian itu seolah pengganti salam bagi Mat Amit.Perawakannya yang tinggi-besar dan lagak-lagu serta gaya bicaranya yang kasar membuatnya semakin tampak menyeramkan.
Orang-orang tua bahkan sengaja menjadikannya momok bagi anak-anak yang bandel.“Tak kandhakno Mat Amit lho!” (Awas! Kulaporkan Mat Amit nanti!) Demikian ibu-ibu biasa menakut-nakuti anaknya

Pada kurun yang sama di lingkungan yang sama, hiduplah pula Mbah Darmo –aashliii pakai shod, ini tokoh faktual, bukan sekedar nama akun fesbuk!– seorang kusir dokar, sepantaran usianya dengan Mat Amit. Mbah Darmo penggemar setia diba’an (majelis sholawat) setiap malam Jumat di langgar Kyai Kholil Harun. Seumur hidup, tak sekali pun ia absen.Pada suatu malam Jumat, saat mahallul qiyaam, Mbah Darmo terlihat menangis tersedu-sedu sambil membungkuk-bungkuk nyaris ngelempoh diatas lantai langgar. Orang-orang keheranan, tapi tak terlalu ambil pusing karena memang sudah biasa orang menangis terharu oleh keindahan bait-bait diba’. Usai diba’an itu, Kyai Kholil mengundang Mbah Darmo ke kamar pribadinya.

◆▷ “Sampeyan kok gero-gero tadi itu kenapa?” Kyai Kholil bertanya. Gero-gero, menangis meraung-raung.Masih sembab matanya, Mbah Darmo menjawab lirih,

█▷ “Lha apa panjenengan tadi nggak lihat juga? ‘Kan Kanjeng Nabi rawuh…”

Suatu sore menjelang jama’ah ‘Ashar, Mbah Darmo sudah nongkrong di serambi langgar, menunggu Kyai Kholil keluar ngimami, sambil menyenandungkan sholawat Badawi Shughro bersama para santri. Mat Amit muncul belakangan. Begitu berhadapan dengan Mbah Darmo, seperti biasa, keluarlah makiannya,

●▷ “Kaaake’aneeee…!”Mbah Darmo meringis.

█▷ “Yiiik Yik…”, kata Mbah Darmo, “Sampeyan ini apa mau seumur hidup pakai topeng begitu? Mbok ya dilepas saja!”.Mat Amit merah-padam seketika,

●▷ “Kaaake’aneeee!!!” makiannya lebih keras dari biasanya, “Kamu ini punya mulut diumbar seenaknya!!!”

Sambil begitu ia balik badan dan buru-buru pulang tak jadi ikut jama’ah.Sejak saat itu, Mat Amit nyaris tak pernah lagi keluar rumah. Anehnya, Mbah Darmo juga ikut-ikutan menyembunyikan diri. Demikian hingga keduanya wafat.Lahumal fatihah.....

Dikolak dari : terong gosong

SEKIAN

Saya tutup dengan kata°° bijak dari tukang tambal ban

goreng tempe paling enak dibolak balik, jemur padi ya harusnya dibolak balik, garap istri ..... ??

0 Response to "KAAAKEKANE"

Post a Comment

Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang

⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧

⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩

IKUTI FANS PAGE PGP