317. DZURRIYAH MENIKAH DENGAN ORANG UMUM ( SELAIN DZURRIYAH )
PERTANYAAN :
╰•⇨ Jack Shona Al Chilmi > CAFFEBY KISWAH
Sekali°° kulo tak tangklet
▷ Bolehkah seorang dzuriyah ( keturunan kanjeng nabi ) baik itu habaib atau syarifah menikah dengan orang biasa ?
▷ Nopo alasan & hukum asal ?
▷ adakah sejarah at kisah dzuriah menikah dengan orang biasa.. ??
SUWUN
JAWAB :
╰•⇨ Rifaie Achmad
1. Khilaf
2. Karena faktor kufu' (Standar Nasional Indonesia / SNI dalam nasab)
3. Takon koq njaluk crito? Kate turu yee?
.
Referensi ::
BUGHYATUL MUSTARSYIDIN karya Al-Habib Al-Allamah Abdurrahman al-Masyhur :
(مسألة): شريفة علوية خطبها غير شريف فلا أرى جواز النكاح وإن رضيت ورضي وليها، لأن هذا النسب الشريف الصحيح لا يسامى ولا يرام، ولكل من بني الزهراء فيه حق قريبهم وبعيدهم، وأتى بجمعهم ورضاهم، وقد وقع أنه تزوّج بمكة المشرفة عربي بشريفة، فقام عليه جميع السادة هناك وساعدهم العلماء على ذلك وهتكوه حتى إنهم أرادوا الفتك به حتى فارقها، ووقع مثل ذلك في بلد أخرى، وقام الأشراف وصنفوا في عدم جواز ذلك حتى نزعوها منه غيرة على هذا النسب أن يستخفّ به ويمتهن، وإن قال الفقهاء إنه يصح برضاها ورضا وليها فلسلفنا رضوان الله عليهم اختيارات يعجز الفقيه عن إدراك أسرارها، فسلَّم تسلم وتغنم، ولا تعترض فتخسر وتندم.
“ (Masalah) seorang wanita syarifah alawiyah dipinang oleh laki-laki yg bukan syarif. Beliau menjawab “ Aku berpendapat tidak boleh menikahinya walaupun si wanita itu rela dan si walinya juga rela. Karena nasab mulia dan sah ini tidak bisa dicari dan diminta. Dan bagi setiap keturunan Fathimah Az-Zahra memiliki haq sebagai kerabat baik yang dekat maupun yg jauh. Yaitu harus mendapat restu dari mereka semua.
Ini pernah terjadi bahwa ada seoarng arab dari Makkah menikah dengan seorang wanita syarifah, berita ini dio dengar oleh seorang saadah. Kemudian pernikahan ini dibubarkan setelah hamper saja penganten pria disergap masa. Akhirnya ia memilih untuk menceraikan istrinya.
Pernah juga terjadi di daerah lain, para saadah di sanapun bangkit menentang mereka menulis RISALAH mengenai “ tidak diperbolehkannya pernikahan semacam ini “ dan penganten wanita pun diambil paksa dari pangkuan penganten pria. Mereka melakukan ini semua karena semata-mata ingin membela nasab yang mulia jangan sampai dihinakan atau diremehkan oleh orang meskipun sebenarnya ulama fiqih menganggap sah pernikahan ini, asalkan calon penganten wanita dan walinya sama-sama ridho untuk melakukannya. Namun para pendahulu kita (ulama salaf) punya pendapat yang tidak bisa dipahami oleh ahli fiqih karena di sana ada rahasia-rahasia yang tidak bisa diungkapkan. Terima saja pendapat mereka, maka engkau akan selamat dan memperoleh keberuntungan. Dan jangan sekali-kali menentang, sebab engkau akan merugi dan menyesal !! “
I'tibar kemuliaan nasab itu terhadap bapak, bukan ibu. Makane habaib boleh dong menikahi bule non hababah yg ayu, bohai dll.. .
الموسوعة الفقهية الكويتية (34/ 272)
مِنَ الْخِصَال الْمُعْتَبَرَةِ فِي الْكَفَاءَةِ عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ، وَالشَّافِعِيَّةِ، وَالْحَنَابِلَةِ النَّسَبُ، وَعَبَّرَ عَنْهُ الْحَنَابِلَةُ بِالْمَنْصِبِ، وَاسْتَدَلُّوا عَلَى ذَلِكَ بِقَوْل عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْهُ: لأََمْنَعَنَّ فُرُوجَ ذَوَاتِ الأَْحْسَابِ إِلاَّ مِنَ الأَْكْفَاءِ، وَفِي رِوَايَةٍ قُلْتُ: وَمَا الأَْكْفَاءُ؟ قَال: فِي الأَْحْسَابِ (1) ؛ وَلأَِنَّ الْعَرَبَ يَعْتَمِدُونَ الْكَفَاءَةَ فِي النَّسَبِ وَيَتَفَاخَرُونَ بِرِفْعَةِ النَّسَبِ، وَيَأْنَفُونَ مِنْ نِكَاحِ الْمَوَالِي، وَيَرَوْنَ ذَلِكَ نَقْصًا وَعَارًا؛ وَلأَِنَّ الْعَرَبَ فَضَلَتِ الأُْمَمَ بِرَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَالاِعْتِبَارُ فِي النَّسَبِ بِالآْبَاءِ؛
.
لأَِنَّ الْعَرَبَ تَفْتَخِرُ بِهِ فِيهِمْ دُونَ الأُْمَّهَاتِ، فَمَنِ انْتَسَبَتْ لِمَنْ تَشْرُفُ بِهِ لَمْ يُكَافِئْهَا مَنْ لَمْ يَكُنْ كَذَلِكَ، فَالْعَجَمِيُّ أَبًا وَإِنْ كَانَتْ أُمُّهُ عَرَبِيَّةً لَيْسَ كُفْءَ عَرَبِيَّةٍ وَإِنْ كَانَتْ أُمُّهَا عَجَمِيَّةً؛ لأَِنَّ اللَّهَ تَعَالَى اصْطَفَى الْعَرَبَ عَلَى غَيْرِهِمْ، وَمَيَّزَهُمْ عَنْهُمْ بِفَضَائِل جَمَّةٍ، كَمَا صَحَّتْ بِهِ الأَْحَادِيثُ.
.
Yg menyatakan sah mutlak dari kitab ini ::
Kitab subulus salam juz 3 hal 129 :
ولقد منعت الفاطميات فى جهة اليمن ما احل الله لهن من النكاح لقول بعض اهل مذهب العادوية, انه يحرم نكاح العاطميات الا من عاطمي من غير دليل ذكروه, وليس مذهبا لامام المذهب الهادي عليه السلام بل زوج بناته من الطبريين وانما نشأ هذا لقول من بعده فى ايام الامام احمد بن سليمان وتبعهم بيت رياستها فقالوا فقالوا بلسان الحال: تحرم شرائفهم على الفاميين الا من مثلهم, وكل ذلك من غير علم ولا هدي ولا كتاب منير بل ثبت خلاف ما قالوه عن سيد البشر كما دل له. اهــ
╰•⇨ Insun Karo Riko
Salah satu unsur yang dipertimbangkan (mu'tabar) dalam pernikahan adalah kafa'ah (persamaan derajat). Pengertian kafa'ah adalah perkara yang dengan ketiadaannya akan timbul celaan. Dan yang menjadi acuan (dhobith) dalam kifa'ah adalah persamaan antara seorang lelaki dengan wanita yang ingin dinikahinya dalam kesempurnaan dan kerendahan derajatnya, namun hal tersebut tidak termasuk aib dalam nikah.
Pendapat yang menyatakan bahwa kifa'ah dalam nasab adalah sesuatu yang dipertimbangkan dalam masalah kifa'ah adalah pendapat jumhur ulama' dari madzhab syafi'i, Hanafi dan Hanbali yang didasarkan pada atsar yang diriwayatkan dari Umar rodhiyallohu 'anhu. Beliau berkata ;
لَأَمْنَعَنَّ فُرُوجَ ذَوَاتِ الْأَحْسَابِ إِلَّا مِنَ الْأَكْفَاءِ
"Sungguh aku akan mencegah farji-farji wanita-wanita yang memiliki nasab, kecuali dari orang-orang yang sederajat." ( Mushonnaf Abdurrozaq Ash-Shon'ani, no.10324 )
Menurut ketentuan hukum dalam madzhab syafi'i kafa'ah tidak menjadi syarat sahnya suatu pernikahan, kifa'ah adalah hak yang diperuntukkan bagi wanita dan walinya, karena itulah apabila terjadi suatu perkawinan yang tidak antara seorang lelaki dan perempuan yang tidak sederajat dengan ridho dari wanita tersebut, maka pernikahannya sah. Tapi, kafa'ah menjadi syarat sahnya nikah apabila wanita tidak mau (ridhho) menikahi lelaki yang tidak sederajat dengannya. Walhasil, pada dasarnya kifa'ah bukanlah syarat sah nikah jika wanitanya mau, dan menjadi syarat sahnya apabila wanita tidak mau.
Sedangkan ketentuan yang menyatakan bahwa kafa'ah dalam nasab bukanlah syarat sah dari pernikahan karena Nabi sendiri pernah menyuruh Fatimah binti Qois, seorang wanita keturunan quraisy dengan Usamah, seorang budak, kemudian beliau menikahkan keduanya, jika kifa'ah nasab menjadi syarat tentuNabi tak akan melangsungkan pernikahan tersebut.
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan adalah kafa'ah dalam nasab, dan nasab yang menjadi pertimbangan adalah ayah dari wanita, karena itulah seorang lelaki ajam (bukan orang arab) tidak sekufu (sederajat) dengan wanita keturunan arab, orang arab bukan dari keturunan quraisy tidak sekufu dengan orang arab keturunan quraisy, keturunan bukan quraisy juga tidak sekufu dengan keturunan bani hasyim dan bani mutholib dan keturunan dari Fatimah rodhiyallohu 'anha tidak sekufu dengan keturunan dari bani hasyim dan bani mutholib.
Dari penjelasan diatas bisa diketahui bahwa lelaki ajam tidaklah sekufu dengan syarifah, wanita yang keturunan habib, sayyid atau syarif (gelar bagi orang yang runtutan nasabnya masih bersambung dengan Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam darijalur laki-laki) yang biasa disebut ahlu bait (keluarga Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam), aturan ini diberlakukan agar seorang syarifah tidak terputus nasabnya karena menikahi lelaki yang bukan habib atau sayyid. Namun, apabila syarifah tersebut mau menikah dengan lelaki yang bukan dari kalangan habaib maka pernikahannya dihukumi sah menurut ketentuan hukum fiqih.
Sayyid Abdurrohman Al-Masyhur Ba'Alawi menyatakan pendapat yang sedikit berbeda dalam hal ini, dalam kitab "Bughjyatul Mustarsyidin" beliau menjelaskan bahwa apabila ada seorang syarifah yang dilamar seorang lelaki yang bukan syarif (habib), maka tidak boleh dilangsungkan pernikahan diantara mereka meskipun syarifah tersebut dan orang tuanya ridho, beliau juga menceritakan, suatu ketika terjadi pernikahan diantara orang arab yang bukan habib dengan seorang syarifah di Mekah, lalu semua sayyid yang ada disana dengan dibantu para ulama' bergerak dan bersikeras untuk memisahkan keduanya, hal yang sama juga pernah terjadi dinegara lainny, karena itulah beberapa ulama' menulis kitab yang menjelaskan ketidak bolehan hal tersebut.
Beliau menambahkan, meskipun para fuqoha' menyatakan bahwa pernikahan tersebut sah apabila dilaksanakan atas persetujuan dari wanita tersebut dan walinya, para ulama' salaf rodhiyallohu 'anhum memiliki pilihan pendapat yang tidak diketahui asror(rahasia-rahasia)-nya oleh orang ahli fiqih. Meski begitu, pernikahan tersebut boleh dilaksanakan apabila nyata terjadinya mafsadah (kerusakan) jika pernikahan tidak dilaksanakan, jadi pernikahan itu diperbolehkan karena dhorurot, seperti ditakutkan akan berzina atau karena para lelaki dari keturunan habaib tak ada yang mau menikah dengannya, hal ini diperbolehkan berdasarkan kaidah "irtikabu akhoffidh dhororain' (mengerjakan perkara yang bahayanya lebih ringan).
Kesimpulannya, laki-laki yang bukan dari keturunan habaib tidak sederajat dengan seorang syarifah, namun pernikahan diantara keduanya dihukumi sah apabila dilaksanakan atas kemauan syarifah tersebut. Sedangkan menurut Sayyid Abdurrohman Al-Masyhur Ba'Alawi, tidak boleh terrjadi pernikahan antara keduanya meskipun syarifah tersebut dan walinya setuju, dan pernikahan tersebut diperbolehkan dalam keadaan dhorurot untuk mencegah mafsadah (kerusakan) yang lebih besar . Wallohu a'lam.
( Oleh : Uponk Sgr Ulilalbab, Sunde Pati, Arrohman Alwi, Ibnu Ma'mun, Siroj Munir dan Mazz Rofii )
Referensi :
1. I'anatut Tholibin, Juz : 3 Hal : 377
2. Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Juz : 34 Hal : 272
3. Tuhfatul Muhtaj, Juz : 7 Hal : 279
3. Nihayatul Muhtaj, Juz : 6 Hal : 257
4. Bughyatul Mustarsyidin, Hal : 439
Ibarot :
I'anatut Tholibin, Juz : 3 Hal : 377
فصل في الكفاءة أي في بيان خصال الكفاءة المعتبرة في النكاح لدفع العار والضرر
وهي لغة: التساوي والتعادل. واصطلاحا أمر يوجب عدمه عارا. وضابطها مساواة الزوج للزوجة في كمال أو خسة ما عدا السلامة من عيوب النكاح (قوله: وهي) أي الكفاءة. وقوله معتبرة في النكاح لا لصحته: أي غالبا، فلا ينافي أنها قد تعتبر للصحة، كما في التزويج بالاجبار، وعبارة التحفة: وهي معتبرة في النكاح لا لصحته مطلقا بل حيث لا رضا من المرأة وحدها في جب ولا عنة ومع وليها الاقرب فقط فيما عداهما.اه. ومثله في النهاية وقوله بل حيث لا رضا، مقابل قوله لا لصحته مطلقا، فكأنه قيل لا تعتبر للصحة على الاطلاق وإنما تعتبر حيث لا رضا.اه.ع ش. (والحاصل) الكفاءة تعتبر شرط للصحة عند عدم الرضا، وإلا فليست شرطا لها (قوله: بل لانها حق للمرأة) أستفيد منه أن المراعى فيها جانب الزوجة لا الزوج. وقوله والولي: أي واحدا كان أو جماعة مستوين في الدرجة، فلا بد مع رضاها بغير الكف ء من رضا سائر الاولياء به. ولا يكفي رضا أحدهم دون الباقين، كما سيأتي في كلامه، (قوله: فلهما) أي المرأة والولي (قوله: إسقاطها) أي الكفاءة: أي ولو كانت شرطا لصحة العقد مطلقا لما صح حينئذ. والمراد بالسقوط رضاهما بغير الكف ء وذلك لانه صلى الله عليه وسلم زوج بناته من غير كف ء ولا مكافئ لهن، وأمر فاطمة بنت قيس نكاح أسامة فنكحته وهو مولى وهي قرشية ولو كانت شرطا للصحة مطلقا لما صح ذلك
Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, Juz : 34 Hal : 272
من الخصال المعتبرة في الكفاءة عند الحنفية، والشافعية، والحنابلة النسب، وعبر عنه الحنابلة بالمنصب، واستدلوا على ذلك بقول عمر رضي الله تعالى عنه: لأمنعن فروج ذوات الأحساب إلا من الأكفاء، وفي رواية قلت: وما الأكفاء؟ قال: في الأحساب
Tuhfatul Muhtaj, Juz : 7 Hal : 279
وخصال الكفاءة سلامة من العيوب المثبتة للخيار وحرية فالرقيق ليس كفؤ الحرة والعتيق ليس كفؤ الحرة أصلية ونسب فالعجمي ليس كفء عربية ولا غير قرشية ولا غير هاشمي ومطلبي لهما
....................................
و) ثالثها (نسب) والعبرة فيه بالآباء كالإسلام فلا يكافئ من أسلم بنفسه أو له أبوان في الإسلام من أسلمت بأبيها أو من لها ثلاثة آباء فيه وما لزم عليه من أن الصحابي ليس كفؤ بنت تابعي صحيح لا زلل فيه لما يأتي أن بعض الخصال لا يقابل ببعض فاندفع ما للأذرعي هنا واعتبر النسب في الآباء لأن العرب تفتخر به فيهم دون الأمهات فمن انتسبت لمن تشرف به لا يكافئها من لم يكن كذلك وحينئذ (فالعجمي) أبا وإن كانت أمة عربية (ليس كفؤ عربية) وإن كانت أمها عجمية لأن الله تعالى اصطفى العرب على غيرهم وميزهم عنهم بفضائل جمة كما صحت به الأحاديث وقد ذكرتها وغيرها في كتابي مبلغ الأرب في فضائل العرب. (ولا غير قرشي) من العرب (قرشية) أي كفؤ قرشية لأن الله تعالى اصطفى قريشا من " كنانة " المصطفين من العرب كما يأتي (ولا غير هاشمي ومطلبي) كفؤا (لهما) لخبر مسلم «إن الله اصطفى من العرب كنانة واصطفى من كنانة قريشا واصطفى من قريش بني هاشم» وصح خبر نحن وبنو المطلب شيء واحد فهما متكافئان نعم أولاد فاطمة منهم لا يكافئهم غيرهم من بقية بني هاشم لأن من خصائصه - صلى الله عليه وسلم - أن أولاد بناته ينسبون إليه في الكفاءة وغيرها كما صرحوا به وبه يرد على ما قال أنهم أكفاء لهم كما أطلقه الأصحاب
Nihayatul Muhtaj, Juz : 6 Hal : 257
فمن انتسبت لمن تشرف به لا يكافئها من لم يكن كذلك وحينئذ (فالعجمي) أبا وإن كانت أمه عربية (ليس كفء عربية) وإن كانت أمها عجمية لأن الله تعالى اصطفى العرب على غيرهم وميزهم عنهم بفضائل جمة كما صحت به الأحاديث (ولا غير قرشي) من العرب (قرشية) أي كفء قرشية لأن الله تعالى اصطفى قريشا من كنانة المصطفين من العرب كما يأتي (ولا غير هاشمي ومطلبي) كفء (لهما) لخبر «إن الله اصطفى من العرب كنانة، واصطفى من كنانة قريشا، واصطفى من قريش بني هاشم» وصح خبر «نحن وبنو المطلب شيء واحد» فهما متكافئان، نعم أولاد فاطمة منهم لا يكافئهم غيرهم من بقية بني هاشم لأن من خصائصه - صلى الله عليه وسلم - أن أولاد بناته ينتسبون إليه في الكفاءة وغيرها كما صرحوا به، وبه يرد على من قال إنهم أكفاء لهم كما أطلقه الأصحاب
Bughyatul Mustarsyidin, Hal : 439
مسألة : شريفة علوية خطبها غير شريف فلا أرى جواز النكاح وإن رضيت ورضي وليها ، لأن هذا النسب الشريف الصحيح لا يسامى ولا يرام ، ولكل من بني الزهراء فيه حق قريبهم وبعيدهم ، وأتى بجمعهم ورضاهم ، وقد وقع أنه تزوّج بمكة المشرفة عربي بشريفة ، فقام عليه جميع السادة هناك وساعدهم العلماء على ذلك وهتكوه حتى إنهم أرادوا الفتك به حتى فارقها ، ووقع مثل ذلك في بلد أخرى ، وقام الأشراف وصنفوا في عدم جواز ذلك حتى نزعوها منه غيرة على هذا النسب أن يستخفّ به ويمتهن ، وإن قال الفقهاء إنه يصح برضاها ورضا وليها فلسلفنا رضوان الله عليهم اختيارات يعجز الفقيه عن إدراك أسرارها ، فسلَّم تسلم وتغنم ، ولا تعترض فتخسر وتندم. وفي ي المتقدم ما يومىء إلى ما أشرنا إليه من اتباع السلف ، إذ هم الأسوة لنا والقدوة ، وفيهم الفقهاء بل المجتهدون والأولياء بل الأقطاب ، ولم يبلغنا فيما بلغنا أنه قد تجرّأ غيرهم ممن هو دونهم في النسب أو لم تتحقق نسبته على التزوّج بأحد من بناتهم قط ، اللهم إلا إن تحققت المفسدة بعدم التزويج فيباح ذلك للضرورة ، كأكل الميتة للمضطر ، وأعني بالمفسدة خوف الزنا ، أو اقتحام الفجرة أو التهمة ولم يوجد هناك من يحصنها ، أو لم يرغب من أبناء جنسها ارتكاباً لأهون الشرين وأخف المفسدتين ، بل قد يجب ذلك من نحو الحاكم بغير الكفء كما في التحفة
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
☆▷▷ Kalau Belum Jelas, Ada Yang Ditanyakan Atau Koreksi Kesalahan Langsung Menuju Tempat Ngopi & Cakruan Kami, Cukup Klik Disini ◁◁☆
0 Response to "317. DZURRIYAH MENIKAH DENGAN ORANG UMUM ( SELAIN DZURRIYAH )"
Post a Comment
Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang
⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧
⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩