MBAH UMAR TUMBU
★ MBAH UMAR TUMBU ★
Assalamu'alaikum mas jhooon.... berita duka dari pacitan...
Innaalillaahi Wa Innaa Ilaihi Rooji'uun,
telah kondor wonten ngarso gusti Alloh beliau *KH.UMAR TUMBU* Pacitan dlm usia 114 tahun,Rabu 4 Jan 17 M pukul *23.15 WIB*, Mugi Husnul Khotimah, Alfaatihah..... amiin..
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
PGP cuplikkan kisah mbah umar tumbu yang sangat menyentuh hati ini... monggo disimak ⇩
●▷ Oleh: Rama Rameo
Meski hari kian beranjak sore, tak menyurutkan azam saya untuk memburu keberkahan orang sholeh dengan bersowan ke Kiai Umar Syahid atau yang terkenal dengan panggilan Mbah Umar Tumbu. Beliau tinggal di dusun Jajar desa Donorojo Pacitan. Kalau dari Widoro tempat saya bermalam berjarak sekitar 35 km ke arah Batu Wonogiri. Sedangkan dari Pondok Tremas sekitar 45 km melintasi kota Punung.
Mbah Umar Tumbu. Kini usianya sudah 107an tahun, atau satu abad lebih. Konon beliau termasuk santri Mbah Dimyati Tremas.
●▷ "Kulo rumiyen ingkang angon wedusipun Mbah Dim (Syaikh Dimyati at-Tarmasi), Gus!" tutur Mbah Umar kepada Gus Lukman, seperti yang diceritakan oleh Gus Lukman kepada saya.
Selain mondok di Tremas, Mbah Umar juga mondok di beberapa pesantren. Diantaranya adalah Pondok Tegalsari Ponorogo yang tersohor dengan sosok Kiai Kasan Besari dan Ronggowarsito.
Setibanya di kota Punung, gerimis tipis mulai turun menambah suasana sepanjang jalur perbukitan Kota 1001 Goa kian temaram. Saya yang hanya bersepeda motor matic dan mengenakan baju seadanya mulai disergap dingin. Sementara perjalanan menuju Jajar Donorojo tinggal 20-an km. Saya tetap bersemangat untuk mewujudkan azam bertemu Mbah Umar Tumbu.
Bersamaan dengan kumandang adzan Maghrib yang diiringi gerimis, sayapun tiba di dusun Jajar desa Donorojo. Lalu shalat Maghrib-Isya' di masjid depan rumah Kang Mursyid, kades Donorojo yang juga keponakan Mbah Umar.
■▷ "Monggo, menawi Kang Umar bade sowan Pak De, kulo anter," seru Kang Mursyid dengan ramah.
Alhamdulillah... Di senja yang cerah karena gerimis sudah reda ini, akhirnya saya bisa sowan ke Mbah Umar Tumbu. Menggamit tanggannya yang seakan tak bertulang karena dilembutkan oleh usia. Lalu saya cium sebagai bentuk takdim dan tabarruk.
Kang Mursyid pun memulai bertutur,
■▷ "Niki Kang Umar saking Malang, Pak De. Kolowau injing saking Tremas, lajeng sowan dateng meriki....(dst)..."
Mbah Umar hanya tersenyum. Sesekali memandang saya dengan sorot mata teduh. Lalu beliau mengambil kumpulan doa Majmu' Syarif, dan membaca doa. Saya pun mengangkat tangan mengamini. Diantara bait doa itu, beliau juga menyebut nama saya,
●▷ "Mugi didadosaken tiang ingkang sholeh. Lan diparingi anak putu ingkang sholeh sholehah..."
Seusai berdoa saya dipersilahkan makan. Kang Mursyid ikut menemani saya. Lalu datang Kang Salam ikut nimbrung. Kang Salam adalah mantu cucu Mbah Umar Tumbu yang selalu menemani beliau kemanapun.
"Mbah Umar semalam hadir acara di kota Tuban, bersama Gus Ipul. Tadi baru datang. Dan malam ini hadir di Tremas, ada acara haflah," tutur Kang Salam.
"Pak De dikenal dengan panggilan Mbah Umar Tumbu. Karena dulu sepulang dari mondok di Tegalsari, Mbah Umar dakwah keliling sambil memikul tumbu. Semacam tempat padi yang dianyam dari bambu. Pak De berjalan kaki mulai dari Tegalsari sampai kesini. Sejak itulah Pak De dikenal dengan Mbah Umar Tumbu. Bahkan, meskipun sudah punya pondok, beliau tetap keliling dengan tumbunya," imbuh Kang Mursyid.
Saya hanya bisa tertegun, dan sesekali menoleh ke tubuh Mbah Umar yang sedang istirahat. Tak habis pikir. Usia yang kian menua lebih seabad, tak menghalangi Mbah Umar Tumbu terus menyebar manfaat kepada umat. Sementara kita yang muda, seringkali justru memanfaatkan dan merepotkan umat.
Setelah lebih satu saya berada di balai paseban Mbah Umar, tiba-tiba Kang Salam mendekati saya sembari menyodori sesuatu, "Kang Umar, njenengan saya kasih hadiah ini. Batu akik pasir mas atau goldstone. Ini kenang-kenangan dari tempat Mbah Umar Donorojo buat Kang Umar."
Sayapun segera pamit. Meninggalkan bumi Donorojo dengan hati berbunga-bunga. Bisa sowan Mbah Umar Tumbu dengan leluasa, lalu dapat hadiah akik gold stone. Alhamdulillah...
(Catatan dari Dalem Mbah Umar Tumbu Jajar Donorojo Pacitan)
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Kalau sowan ke ndalem beliau, para tamu senantiasa diminta untuk makan nasi dan lauk pauk yang memang selalu disiapkan oleh keluarga atas kehendak Mbah Umar. Beberapa kami saya sowan ke ndalem beliau, setelah menyampaikan maksud, selalu beliau menyuruh kami untuk makan.
Kemaren, saat saya (penulis) menjenguk beliau ke rumah sakit, ada sedikit rona kesedihan dari wajahnya, sebelum beliau kembali cerah. Dalam sakitnya, beliau minta maaf kepada seluruh penjenguk, karena tidak bisa menyuguhkan nasi sebagaimana yang dilakukan ketika berada di rumah.
Dalam sakitnya pun beliau juga tidak lepas memikirkan keadaan bangsa ini. Ada semacam kesedihan yang mendalam ketika beliau merasakan keberadaan bangsa ini yang tak kunjung menjadi baik.
Kaum Muslimin menyebut atau menggelari beliau sebagai salah satu kiai yang loman. Di saat orang-orang berebut memperoleh timbunan-timbunan harta dunia, beliau malah berbuat sebaliknya. Tanpa merasa ragu, tanahnya dihibahkan kepada Dinas Pendidikan Pacitan untuk dibangun gedung sekolah.
Beberapa hal yang juga kami kagumi adalah sikap istiqomah beliau dalam khidmat, sekaligus sikap tawadhu’ beliau terhadap guru dan pondok pesantren. Kami pernah mendengar beliau menyampaikan,
●▷ “Aku iki kur buntut, sirahe iku Tremas” (saya ini cuma ekor, kepalanya itu Tremas).
Selain itu cintanya kepada NU juga dan shalawat juga luar biasa .
Setiap kali Jam’iyah Nahdhatul Ulama’ atau pesantren mengadakan acara shalawatan, maka beliau tidak pernah absen. Beliau selalu rawuh. Meskipun jarak tempuh dari ndalem beliau sangat jauh dan dengan usia beliau sudah semakin sepuh, tentu kekuatan fisiknya pun telah berkurang. Namun itu tak menjadi penghalang bagi beliau.
Ya Allah, sehatkanlah beliau dari sakitnya, dan mohon panjangkanlah usia beliau, kami tahu Engkau telah merindukan beliau.
Engkau menyayangi beliau, Engkau mencintai beliau.
SEMOGA MBAH UMAR TUMBU PINARINGAN PANGGENAN ENGKANG SAE WONTEN NGARSO GUSTI ALLOH... AMIIN..
SEKIAN.
monggo hidiyyah fatihah dateng beliau sepindah kemawon... ALFAATIHAH......
0 Response to "MBAH UMAR TUMBU "
Post a Comment
Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang
⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧
⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩