239. SYARI'AH AQIQOH ( TENTANG AQIQOH )
▷▷ Abdul Qohar >> DISKUSI SANTRI
SYARI’AH AQIQOH, disebut juga dengan DZABIHAH ATAU NASIKAH:
1. Arti aqiqoh:
Secara bahasa: nama rambut yang berada di kepala bayi yang lahir ketika kelahirannya.
Secara syara’: nama binatang yang disembelih karena anak yang dilahirkan ketika mencukur rambut kepalanya.
2. Hukum Aqiqoh:
Hukum yang asli: sunah mu’akkadah. Sunah aqiqoh juga dari bayi keguguran yang mencapai usia peniupan ruh.
Hukum yang baru: wajib sebab nadzar secara haqiqi atau hukmi.
3. Orang yang diperintahkan (al-mukhothob) dengan aqiqoh:
Wali bayi yang wajib menafkahinya: bila mampu sebelum berlalu waktu nifas (60 hari) dengan harta wali sendiri walaupun bayinya kaya.
1) Ukuran mampu aqiqoh adalah berkemampuan aqiqoh sebagai kelebihan dari ukuran wajib dalam Zakat Fitrah.
2) Apabila wali melakukan aqiqoh dari harta bayi maka wajib mengganti.
3) Apabila wali tidak mampu kecuali setelah berlalu waktu terbanyak nifas (60 hari) maka tidak diperintahkan aqiqoh.
4) Wali yang mampu aqiqoh di masa nifas dan belum melaksanakannya maka tetap dituntut aqiqoh sampai bayi menjadi baligh. Apabila bayi itu telah baligh sedangkan wali belum menunaikan aqiqoh maka anak baligh itu boleh memilih antara aqiqoh untuk dirinya sendiri atau tidak aqiqoh, tapi sunah bagi anak tersebut beraqiqoh dari dirinya sendiri.
5) Imam Ibnu Hajar dalam Kitab At-Tuhfah cenderung pada pendapat bahwa anak diperintahkan aqiqoh bila sudah baligh dalam permasalahan wali yang tidak mampu aqiqoh di masa nifas.
b. Ibu bayi: apabila ayah bayi tidak mampu (al-i’sar). Aqiqoh juga disunahkan bagi ibu dalam kasus anak zina tapi tidak sunah memperlihatkannya karena kawatir merusak reputasinya.
4. Waktu menyembelih aqqiqoh:
a. Waktu permulaan: mulai kelahiran seluruh badan bayi.
Waktu sunah: pada hari ketuju dari kelahiran.
1) Hari kelahiran dihitung dari golongan 7 hari walaupun lahir sebelum terbenam matahari dan walaupun bayi meninggal dunia sebelum hari ke-7, berbeda dengan khitan maka hari kelahiran tidak dihitung dari golongan 7 hari.
2) Apabila bayi lahir malam hari maka malam hari itu tidak dihitung dari golongan 7 hari tapi mulai hari berikutnya.
3) Sunah menyembelih aqiqoh ketika terbit matahari.
4) Penyembelih sunah membaca:
بِسْمِ اللَّهِ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ ,أَللَّهُمَّ هَذِهِ مِنْكَ وَإِلَيْكَ ,أَللَّهُمَّ هَذِهِ عَقِيقَةُ فُلَانٍ..... (الباجوري ج2 ص303)
c. Waktu yang akhir: tidak ada batas akhir waktu.
5. Kuota aqiqoh:
a. Minimal (aslu sunah) : seekor kambing, 1/7 unta atau 1/7 sapi dari setiap bayi laki-laki atau perempuan yang dilahirkan.
b. Afdlo atau akmal:
1) Bayi laki-laki: 2 ekor kambing yang sama, 2/7 unta atau 2/7 sapi.
2) Bayi perempuan: 1 ekor kambing, 1/7 unta atau 1/7 sapi.
3) Bayi banci: khilaf ulama’
a) Pendapat mu’tamad: 2 ekor kambing karena ihtiyath disamakan dengan bayi laki-laki.
b) Pendapat marjuh: 1 ekor kambing karena disamakan dengan bayi perempuan.
c. Rombongan banyak bayi dengan seekor binatang aqiqoh: khilaf
1) Menurut Imam Ibnu Hajar: jumlah aqiqoh menurut jumlah anak, maka aqiqoh satu tidak mencukupi untuk banyak anak, sebagaimana kambing satu tidak mencukupi untuk ibadah kurban dan aqiqoh.
2) Menurut Imam Ar-Romli: aqiqoh satu mencukupi untuk banyak bayi, sebagaimana kambing satu mencukupi untuk ibadah kurban dan aqiqoh.
6. Persamaan dan perbedaan aqiqoh dengan kurban:
a. Persamaan dengan binatang kurban (udzhiyah) dalam mayoritas hukumnya: segi umur binatang, jenis binatang, selamat dari cacat yang mengurangi daging, niat, wajib dibuat sedekah pada para fakir miskin yang muslimin, aqiqoh menjadi wajib sebab nadzar secara haqiqi atau hukmi, orang yang aqiqoh beserta keluarga yang wajib dinafkahi boleh ikut makan daging aqiqoh sunah namun dilarang ikut makan daging dari aqiqoh wajib, tidak boleh menjual apapun dari aqiqoh termasuk kulitnya walaupun aqiqoh sunah dll.
b. Perbedaan dengan binatang kurban:
1) Daging aqiqoh yang dihadiahkan pada orang kaya maka orang kaya itu memiliki hak milik, maka boleh menggunakannya sesuai dengan kehendaknya termasuk boleh menjualnya, berbeda dengan daging kurban karena daging kurban itu hidangan umum dari Alloh untuk muslimin.
2) Apabila aqiqoh itu nadzar maka wajib membuat sedekah dengannya secara mentah seperti daging kurban menurut Imam Az-Zarkasyi. Adapun menurut Syaikh Al-Khotib tetap sunah dimasak lebih dahulu.
3) Sunah memasak daging aqiqoh dengan bumbu manis semisal anggur kering (kismis) dan madu karena tafaul agar akhlak bayi menjadi manis (baik). Makruh dimasak dengan bumbu kecut.
4) Sunah memberikah kaki binatang aqiqoh sampai pangkal paha dalam kondisi mentah dan lebih utama kaki kanan pada dukun bayi (al-qobilah) untuk tafaul agar bayi hidup selamat dan mampu berjalan di atas kakinya.
5) Tidak wajib memberikan hak milik daging aqiqoh secara mentah tapi sunah memasaknya.
6) Sunah tidak memotong-motong tulang binatang aqiqoh menurut kemampuan tapi dipotong pada setiap pergelangan tulang untuk tafaul dalam keselamatan anggota badan bayi. Apabila memotong-motongnya maka tidak makruh tapi khilaful awla, baik bagi orang yang aqiqoh atau orang yang memakannya. Tidak apa-apa memotong-motong tulang aqiqoh bila aqiqoh itu untuk anak yang telah mati.
7) Lebih utama menghadiahkan dengan mengirimkan daging aqiqoh beserta kuahnya pada fakir miskin di rumahnya dari pada mengundangnya ke rumah orang yang aqiqoh. Apabila dengan cara mengundang fakir miskin ke tempat aqiqoh maka tidak apa-apa.
7. Mengolesi kepala bayi dengan darah aqiqoh terdapat khilaf:
Tidak sunah/makruh: menurut Imam Syafi’I, Az-Zuhri, Malik, Ahmad, Ishaq, Ibnu Mundzir dan Dawud karena merupakan perbuatan jahiliyah tapi sunahnya dengan minyak wangi za’faron atau selainnya.
Sunah : menurut Al-Hasan dan Qotadah mengolesi kepala bayi dengan darah aqiqoh kemudian dibasuh sampai suci.
8. Hikmah aqiqoh:
Agar bayi bisa tumbuh seperti pertumbuhan bayi yang sebaya.
Imam Ahmad dan segolongan ulama’ berpendapat bila wali tidak melakukan aqiqoh dari bayi maka anak itu tidak memberi syafa’at pada beberapa orang leluhurnya yaitu ayah, ibu, kakek dan nenek dari jalur ayah atau ibu di Hari Kiamat, maksudnya anak itu tidak diizini memberi syafa’at walaupun ahli memberi syafa’at sebab status anak kecilnya atau menjadi anak dewasa yang tergolong ahli kebaikan.
ref :
حاشية البجيرمي على الخطيب - (ج 13 / ص 250)
فَصْلٌ : فِي الْعَقِيقَةِ وَهِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ لِلْأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِي ذَلِكَ مِنْهَا خَبَرُ : { الْغُلَامُ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ السَّابِعِ .وَيُحْلَقُ رَأْسُهُ وَيُسَمَّى } وَمِنْهَا : { أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِتَسْمِيَةِ الْمَوْلُودِ يَوْمَ سَابِعِهِ وَوَضْعِ الْأَذَى عَنْهُ وَالْعَقِّ } رَوَاهُمَا التِّرْمِذِيُّ ؛ وَمَعْنَى مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ قِيلَ لَا يَنْمُو نُمُوَّ مِثْلِهِ .وَقِيلَ : إذَا لَمْ يُعَقَّ عَنْهُ لَمْ يَشْفَعْ لِوَالِدَيْهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .( وَالْعَقِيقَةُ مُسْتَحَبَّةٌ وَهِيَ ) لُغَةً اسْمٌ لِلشَّعْرِ الَّذِي عَلَى رَأْسِ الْمَوْلُودِ حِينَ وِلَادَتِهِ وَشَرْعًا الذَّبِيحَةُ عَنْ الْمَوْلُودِ عِنْدَ حَلْقِ شَعْرِ رَأْسِهِ تَسْمِيَةً لِلشَّيْءِ بِاسْمِ سَبَبِهِ ، وَيَدْخُلُ وَقْتُهَا بِانْفِصَالِ جَمِيعِ الْوَلَدِ وَلَا تُحْسَبُ قَبْلَهُ بَلْ تَكُونُ شَاةَ لَحْمٍ وَيُسَنُّ ذَبْحُهَا .( يَوْمَ سَابِعِهِ ) أَيْ وِلَادَتِهِ وَيُحْسَبُ يَوْمُ الْوِلَادَةِ مِنْ السَّبْعَةِ .
حاشيتا قليوبي وعميرة - (ج 16 / ص 137)
قَوْلُهُ : ( بِحُلْوٍ ) كَسَائِرِ الْوَلَائِمِ وَبِكَبُرٍّ بِحَامِضٍ وَلَوْ مَعَ حُلْوٍ ، قَوْلُهُ : ( وَلَا يُكْسَرُ عَظْمٌ ) وَلَوْ بَدَنَةً شَارَكَ بِسُبْعِهَا مَثَلًا أَوْ أَكْثَرَ أَوْ كُلِّهَا عَنْ وَاحِدٍ أَوْ أَكْثَرَ فَإِنْ كُسِرَ فَخِلَافُ الْأَوْلَى لَا مَكْرُوهٌ ، وَيُنْدَبُ الْعَقُّ أَوَّلَ النَّهَارِ عِنْدَ طُلُوعِ الشَّمْسِ ، وَيُنْدَبُ لَطْخُ رَأْسِهِ بِزَعْفَرَانٍ وَيُكْرَهُ بِدَمِ الْعَقِيقَةِ وَلَمْ يَحْرُمْ لِخَبَرٍ وَرَدَ فِيهِ ، بَلْ قِيلَ بِنَدْبِهِ وَيَحْرُمُ لَطْخُ الْأَبْوَابِ بِدَمِهَا وَبِدَمِ الْأُضْحِيَّةِ ، وَالْأَفْضَلُ بَعْثُهَا إلَى الْفُقَرَاءِ لَا دُعَاؤُهُمْ إلَيْهَا .
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
https://m.facebook.com/notes/diskusi-santri/17-syariah-aqiqoh/525506847500784/?refid=18
0 Response to "239. SYARI'AH AQIQOH ( TENTANG AQIQOH )"
Post a Comment
Monggo yang mau berkomentar baik itu kritik, saran, masukan, atau motivasi, asal tak ada unsur Caci mencaci, Pelecehan agama, Pelecehan seksual dan Merayu istri orang
⇧ ISI KOMENTAR FACEBOOK DIATAS ITU ⇧
⇩ ISI JUGA KOMENTAR DIBAWAH INI ⇩